TEORI-TEORI BELAJAR
1. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya
Ahli-ahli
ilmu jiwa daya mengemukakan suatu teori bahwa jiwa manusia mempunyai daya-daya.
Daya-daya ini adalah kekuatan yang tersedia. Manusia hanya memanfaatkan semua
daya itu dengan cara melatihnya sehingga ketajamannya dirasakan ketika
dipergunakan untuk sesuatu hal. Daya-daya itu misalnya daya mngenal, daya
mengingat, daya berpikir, daya fantasi, dan sebagainya.
Untuk
melatih daya ingat seseorang harus melakukannya dengan cara menghafal kata-kata
atau angka, istilah-istilah asing, dan sebagainya. Untuk mempertajam daya
berpikir seseorang harus melatihnya dengan memecahkan permasalahan dari yang
sederhana sampai yang kompleks. Untuk meningkatkan dayafantasi seseorang harus
membiasakan diri merenungkan sesuatu. Dengan usaha tersebut maka daya-daya itu
dapat tumbuh dan berkembang dan tidak lagi bersifat laten (tersembunyi) di
dalam diri.
Pengaruh
teori ini dalam belajar adalah ilmu pengetahuan yang didapat hanyalah bersifat
hafalan-hafalan belaka. Penguasaan bahan yang bersifat hafalan biasanya jauh
dari pengertian. Walaupun begitu, teori ini dapat digunakan untuk menghafal
rumus, dalil, tahun, kata-kata asing, dan sebagainya.
Oleh
karena itu, menurut para ahli ilmu jiwa daya, bila ingin berhasil dalam
belajar, latihlah semua daya yang ada didalam diri.
2.
Teori Tanggapan
Teori
tanggapan adalah suatu teori belajar yang menentang teori belajar yang
dikemukakan oleh ilmu jiwa daya. Herbart adalah orang yang mengemukakan teori
tanggapan. Menurut Herbart teori yang dikedepankan oleh ilmu jiwa daya tidak
ilmiah, sebab psikologi daya tidak dapat menerangkan kehidupan jiwa. Oleh
karena itu, Herbart mengajukan teorinya, yaitu teori tanggapan. Menurutnya
unsur jiwa yang paling sederhana adalah tanggapan.
Menurut
teori tanggapan belajar adalah memasukkan tanggapan sebanyak-banyaknya,
berulang-ulang, dan sejelas-jelasnya. Banyak tanggapan berarti dikatakan
pandai. Sedikit tanggapan berarti dikatakan kurang pandai. Maka orang pandai
berarti orang yang banyak mempunyai tanggapan yang tersimpan dalam otaknya
berupa ilmu pengetahuan yang didapat setelah belajar.
3. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt
Gestalt
adalah sebuah teori belajar yang dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari
Jerman. Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari
bagian-bagian. Sebab keberadaan bagian-bagian itu didahului oleh keseluruhan.
Misalnya seorang pengamat yang mengamati seseorang dari kejauhan. Orang yang
jauh itu pada mulanya hanyalah satu titik hitam yang terlihat bergerak semakin
dekat dengan si pengamat. Semakin dekat orang itu dengan si pengamat maka
semakin jelas terlihat bagian-bagian atau unsur-unsur anggota tubuh orang
tersebut. Si pengamat dapat berkata bahwa orang itu mempunyai kepala, tangan,
kaki, dahi, mata, hidung, mulut, telinga, baju, celana, sepatu, kacamata, jam
tangan, dan sebagainya.
Dalam
belajar, menurut teori Gestalt, yang terpenting dalah penyesuaian pertama,
yaitu mendapatkan respons atau tanggapan yang tepat. Belajar yang terpenting
bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh
insight. Belajar dengan pengertian lebih dipentingkan daripada hanya memasukkan
sejumlah kesan. Belajar dengan insight (pengertian)
adalah sebagai berikut.
a. Insight
tergantung dari kemampuan dasar.
b. Insight
tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan (dengan apa yang
dipelajari).
c. Insight
hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga segala
aspek yang perlu dapat diamati.
d. Insight
adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari langit.
e. Belajar
dengan insight dapat diulangi.
f. Insight
sekali didapat dapat digunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.
Prinsip-prinsip
belajar menurut teori Gestalt
a. Belajar
berdasarkan keseluruhan
Bahan
pelajaran yang telah lama tersimpan diotak dihubung-hubungkan dengan bahan
pelajaran yang baru saja dikuasai, sehingga tidak terpisah, berdiri sendiri.
b. Belajar
adalah suatu proses perkembangan
Manusia
sebagai suatu organisme yang berkembang, kesediaannya mempelajari sesuatu tidak
hanya ditentukan oleh kematangan jiwa batiniah, tetapi juga perkembangan anak
karena lingkungan dan pengalaman.
c. Anak
didik sebagai organisme keseluruhan
Anak
didik belajar tidak hanya intelektualnya saja, tetapi juga emosional dan
jasmaniahnya.
d. Terjadi
transfer
Bila
dalam suatu kemampuan telah dikuasai betul-betul, maka dapat dipindahkan untuk
menguasai kemampuan yang lain. Bel;ajar matematika, misalnya, bila telah
dikuasai dapat dipergunakan dalam masalah jual beli bahan-bahan tertentu.
e. Belajar
adalah reorganisasi pengalaman
Pengalaman
adalah hasil dari suatu interaksi antara anak didik dengan lingkungannya. Anak
kena api, misalnya, kejadian ini menjadi pengalaman bagi anak. Anak merasa
panas kena api. Kulitnya mengelupas akibat terbakar. Anak belajar dari pengalamannya bahwa kena
api itu panas dan api itu bisa membakar kulit manusia. Karena pengalamannya
itu, anak didik tidak akan mengulangi lagi untuk bermain-main dengan api.
f. Belajar
harus dengan insight
Insight
adalah suatu saat dalam proses belajar dimana seseorang melihat pengertian (insight) tentang sangkut paut dan
hubungan-hubungan tertentu dalam unsur yang mengandung suatu problem.
g. Belajar
lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan
Hal itu
terjadi bila banyak berhubungan dengan apa yang diperlukan anak didik dalam
kehidupan sehari-hari. Disekolah progresif, anak didik diajak membicarakan
tentang proyek/unit agar tahu tujuan yang akan dicapai dan yakin akan
manfaatnya.
h. Belajar
berlangsung terus-menerus
Belajar
tidak hanya disekolah, tetapi juga diluar sekolah. Anak didik dapat memperoleh
pengetahuan/pengalamannya sendiri-sendiri di rumah atau di masyarakat. Pihak
sekolah harus bekerja sama dengan orang tua di rumah dan di masyarakat dalam
kehidupan sosial yang lebih luas, agar semua turut serta membantu perkembangan
anak secara harmonis.
4. Teori Belajar dari R. Gagne
Dalam
masalah belajar, Gagne memberikan
dua defenisi.
a. Belajar adalah suatu proses untuk
memperoleh mitivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah
laku.
b. Belajar
adalah pengetahuan atau keterampilan yang
diperoleh dari instruksi.
Gagne mengatakan bahwa
segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi lima kategori
yang disebut the domainds of learning, yaitu
sebagai berikut ini.
1. Keterampilan
motoris (motor skill)
Dalam
hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan, misalnya melempar bola,
main tenis, mengemudi mobil, mengetik huruf R.M, dan sebagainya.
2. Informasi
verbal
Orang
dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar; dalam hal ini
dapat dimengerti bahwa untuk mengatakan sesuatu itu perlu inteligensi.
3. Kemampuan
intelektual
Manusia
mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan menggunakan simbol-simbol.
Kemampuan belajar dengan cara inilah yang disebut “kemampuan intelektual”.
Misalnya, membedakan huruf m dan n, menyebutkan tanaman yang sejenis.
4. Strategi
kognitif
Ini
merupakan organisasi keterampilan yang internal (internal organized skill) yang perlu untuk belajar mengingat dan
berpikir. Kemampuan ini berbeda dengan kemampuan intelektual, karenma ditujukan
ke dunia luar, dan tidak dapat dipelajari hanya dengan berbuat satu kali
sertaperbaikan-perbaikan terus-menerus.
5. Sikap
Kemampuan
ini tak dapat dipelajari dengan ulangan-ulangan, tidak tergantung atau
dipengaruhi oleh hubungan verbal seperti halnya domain yang lain. Sikap ini
penting dalam proses belajar; tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil
dengan baik.
5. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi
Teori
asosiasi disebut juga teori sarbons. Sarbons singkatan dari Stimulus, Respons,
dan Bond. Stimulus berarti rangsangan, respons berarti tanggapan, dan bond
berarti dihubungkan. Rangsangan
diciptakan untuk memunculkan tanggapan kemudian dihubungkan antara keduanya dan
terjadilah asosiasi.
Teori
asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari penjumlahan
bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Penyatupaduan bagian-bagian melahirkan
konsep keseluruhan.
Dari
aliran ilmu jiwa asosiasi ada dua teori yg sangat terkenal, yaitu teori
konektionisme dari Thorndike dan teori conditioningdari Ivan P. Pavlov.
a. Teori Konektionisme
Ada tiga hukum belajar
yg utama dan ini diturunkannya dari hasil-hasil penelitiannya.
1. Hukum
Efek
Hukum
ini menyebutkan bahwa keadaan memuaskan menyusul respons memperkuat pautan antara
stimulus dan tingkah laku. Sedangkan
keadaan yang menjengkelkan memperlemah pautan itu.
2. Hukum
latihan
Pengalaman
yg diulang-ulang akan memperbesar peluang timbulnya respons (tanggapan) yg
benar. Akan tetapi pengulangan-pengulangan yang tidak disertai keadaan yang
memuaskan tidak akan meningkatkan belajar.
3. Hukum
kesiapan
Hukum
ini melukiskan syarat-syarat yg menentukan keadaan yg disebut “memuaskan”, atau
“menjengkelkan”. Secara singkat,
pelaksanaan tindakan sebagai respons terhadap suatu impuls yg kuat menimbulkan kepuasaan,
sedangkan menghalang-halangi pelaksanaan tindakan atau memaksanya menimbulkan
kejengkelan.
Jadi, menurut Thorndike
dasar dari belajar tidak lain adalah asosiasi antara kesan panca indra dengan
impuls untuk bertindak. Berkat latihan yang terus-menerus, hubungan antara
stimulus dan respons itu akan menjadi terbiasa dan otomatis.
Terhadap teori
konektionisme ini ada beberapa kelemahan dalam pelaksanaannya, yaitu :
a. Belajar
menurut teori ini bersifat mekanistis
Kelemahannya adalah anak didik banyak yang hafal
bahan pelajaran, tetapi mereka kurang mengerti cara pemakaiannya.
b. Pelajar
bersifat teacher centered (terpusat pada guru)
Guru
yang aktif dalam membelajarkan anak didik. Guru pemberi stimulus. Guru yang
melatih dan menentukan apa yang harus dikerjakan oleh anak didik.
c. Anak
didik pasif
Anak
didik kurang terdorong untuk berpikir dan juga ia tidak ikut menentukan bahan
pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Anak didik lebih mengharapkan stimulus
dari guru.
d. Teori ini
lebih mengutamakan materi
Materi
cenderung dejejalkan sebanyak-banyaknya ke dalam otak anak didik (cara-cara
pendidikan tradisional) dengan harapan anak didik banyak mempunyai pengetahuan. Pola belajar seperti ini cenderung
menjadi intelektualistik.
b.
Teori Conditioning
Dalam kehidupan
sehari-hari seseorang pasti merasakan sesuatu yang merangsang air liurnya untuk
keluar. Misalnya, bagi para ibu yang sedang hamil dan kebetulan mengidam ingin
memakan buah-buahan yang asam-asam, ketika mereka melihat buah asam-asaman
tentu saja air liurnya keluar tanpa disadari. Keluarnya tentu saja secara
refleks (refleks bersyarat).
Bentuk-bentuk kelakuan
seperti itu terjadi karena adanya conditioning. Karena kondisinya diciptakan,
maka sudah menjadi kebiasaan. Kondisi yang diciptakan itu merupakan syarat,
memunculkan refleks bersyarat.
Kelemahan-kelemahannya
teori ini dalam kegiatan belajar adalah.
1. Percobaan
labolatorium berbeda dgn keadaan yang sebenarnya
2. Pribadi
seseorang (cita-cita, kesanggupan, minat, emosi, dan sebagainya) dapat
mempengaruhi hasil eksperimen.
3. Respons
mungkin dipengaruhi oleh stimulus yang tak dikenal. Dengan kata lain, tidak
dapat diramalkan lebih dahulu, stimulus manakah yang menarik perhatian seseorang.
4. Teori ini
sangat sederhana dan tidak memuaskan untuk menjelaskan segala seluk-beluk
belajar yang ternyata sangat kompleks.
YEL-YEL
Teori kesulitan belajar
Teori Ilmu Jiwa daya adalah hafalan
Teori Tanggapan
Teori Gestalt adalah keseluruhan lebih penting
dibanding sebagian
Teori R. Gagne dan Teori Ilmu Jiwa Asosiasi
DAFTAR
PUSTAKA
Djaramah, Syaiful Bahri.2011.Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka
Cipta
0 komentar:
Posting Komentar