Rabu, 18 Mei 2016

TEORI-TEORI BELAJAR


TEORI-TEORI BELAJAR

1.    Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya

Ahli-ahli ilmu jiwa daya mengemukakan suatu teori bahwa jiwa manusia mempunyai daya-daya. Daya-daya ini adalah kekuatan yang tersedia. Manusia hanya memanfaatkan semua daya itu dengan cara melatihnya sehingga ketajamannya dirasakan ketika dipergunakan untuk sesuatu hal. Daya-daya itu misalnya daya mngenal, daya mengingat, daya berpikir, daya fantasi, dan sebagainya.

Untuk melatih daya ingat seseorang harus melakukannya dengan cara menghafal kata-kata atau angka, istilah-istilah asing, dan sebagainya. Untuk mempertajam daya berpikir seseorang harus melatihnya dengan memecahkan permasalahan dari yang sederhana sampai yang kompleks. Untuk meningkatkan dayafantasi seseorang harus membiasakan diri merenungkan sesuatu. Dengan usaha tersebut maka daya-daya itu dapat tumbuh dan berkembang dan tidak lagi bersifat laten (tersembunyi) di dalam diri.

Pengaruh teori ini dalam belajar adalah ilmu pengetahuan yang didapat hanyalah bersifat hafalan-hafalan belaka. Penguasaan bahan yang bersifat hafalan biasanya jauh dari pengertian. Walaupun begitu, teori ini dapat digunakan untuk menghafal rumus, dalil, tahun, kata-kata asing, dan sebagainya.

Oleh karena itu, menurut para ahli ilmu jiwa daya, bila ingin berhasil dalam belajar, latihlah semua daya yang ada didalam diri.

2.    Teori Tanggapan

Teori tanggapan adalah suatu teori belajar yang menentang teori belajar yang dikemukakan oleh ilmu jiwa daya. Herbart adalah orang yang mengemukakan teori tanggapan. Menurut Herbart teori yang dikedepankan oleh ilmu jiwa daya tidak ilmiah, sebab psikologi daya tidak dapat menerangkan kehidupan jiwa. Oleh karena itu, Herbart mengajukan teorinya, yaitu teori tanggapan. Menurutnya unsur jiwa yang paling sederhana adalah tanggapan.

Menurut teori tanggapan belajar adalah memasukkan tanggapan sebanyak-banyaknya, berulang-ulang, dan sejelas-jelasnya. Banyak tanggapan berarti dikatakan pandai. Sedikit tanggapan berarti dikatakan kurang pandai. Maka orang pandai berarti orang yang banyak mempunyai tanggapan yang tersimpan dalam otaknya berupa ilmu pengetahuan yang didapat setelah belajar.

3.    Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt

Gestalt adalah sebuah teori belajar yang dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman. Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-bagian. Sebab keberadaan bagian-bagian itu didahului oleh keseluruhan. Misalnya seorang pengamat yang mengamati seseorang dari kejauhan. Orang yang jauh itu pada mulanya hanyalah satu titik hitam yang terlihat bergerak semakin dekat dengan si pengamat. Semakin dekat orang itu dengan si pengamat maka semakin jelas terlihat bagian-bagian atau unsur-unsur anggota tubuh orang tersebut. Si pengamat dapat berkata bahwa orang itu mempunyai kepala, tangan, kaki, dahi, mata, hidung, mulut, telinga, baju, celana, sepatu, kacamata, jam tangan, dan sebagainya.

Dalam belajar, menurut teori Gestalt, yang terpenting dalah penyesuaian pertama, yaitu mendapatkan respons atau tanggapan yang tepat. Belajar yang terpenting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight. Belajar dengan pengertian lebih dipentingkan daripada hanya memasukkan sejumlah kesan. Belajar dengan insight (pengertian) adalah sebagai berikut.

a.     Insight tergantung dari kemampuan dasar.

b.    Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan (dengan apa yang dipelajari).

c.     Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga segala aspek yang perlu dapat diamati.

d.    Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari langit.

e.     Belajar dengan insight dapat diulangi.

f.     Insight sekali didapat dapat digunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.                    

Prinsip-prinsip belajar menurut teori Gestalt

a.     Belajar berdasarkan keseluruhan

       Bahan pelajaran yang telah lama tersimpan diotak dihubung-hubungkan dengan bahan pelajaran yang baru saja dikuasai, sehingga tidak terpisah, berdiri sendiri.

b.    Belajar adalah suatu proses perkembangan

       Manusia sebagai suatu organisme yang berkembang, kesediaannya mempelajari sesuatu tidak hanya ditentukan oleh kematangan jiwa batiniah, tetapi juga perkembangan anak karena lingkungan dan pengalaman.

c.     Anak didik sebagai organisme keseluruhan

       Anak didik belajar tidak hanya intelektualnya saja, tetapi juga emosional dan jasmaniahnya.

d.    Terjadi transfer

       Bila dalam suatu kemampuan telah dikuasai betul-betul, maka dapat dipindahkan untuk menguasai kemampuan yang lain. Bel;ajar matematika, misalnya, bila telah dikuasai dapat dipergunakan dalam masalah jual beli bahan-bahan tertentu.

e.     Belajar adalah reorganisasi pengalaman

       Pengalaman adalah hasil dari suatu interaksi antara anak didik dengan lingkungannya. Anak kena api, misalnya, kejadian ini menjadi pengalaman bagi anak. Anak merasa panas kena api. Kulitnya mengelupas akibat terbakar.  Anak belajar dari pengalamannya bahwa kena api itu panas dan api itu bisa membakar kulit manusia. Karena pengalamannya itu, anak didik tidak akan mengulangi lagi untuk bermain-main dengan api.

f.     Belajar harus dengan insight

       Insight adalah suatu saat dalam proses belajar dimana seseorang melihat pengertian (insight) tentang sangkut paut dan hubungan-hubungan tertentu dalam unsur yang mengandung suatu problem.

g.    Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan

       Hal itu terjadi bila banyak berhubungan dengan apa yang diperlukan anak didik dalam kehidupan sehari-hari. Disekolah progresif, anak didik diajak membicarakan tentang proyek/unit agar tahu tujuan yang akan dicapai dan yakin akan manfaatnya.

h.    Belajar berlangsung terus-menerus

       Belajar tidak hanya disekolah, tetapi juga diluar sekolah. Anak didik dapat memperoleh pengetahuan/pengalamannya sendiri-sendiri di rumah atau di masyarakat. Pihak sekolah harus bekerja sama dengan orang tua di rumah dan di masyarakat dalam kehidupan sosial yang lebih luas, agar semua turut serta membantu perkembangan anak secara harmonis.

4.    Teori Belajar dari R. Gagne

Dalam masalah belajar, Gagne memberikan dua defenisi.

a.     Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh mitivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

b.    Belajar adalah pengetahuan  atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.

Gagne mengatakan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi lima kategori yang disebut the domainds of learning, yaitu sebagai berikut ini.

1.    Keterampilan motoris (motor skill)

       Dalam hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan, misalnya melempar bola, main tenis, mengemudi mobil, mengetik huruf R.M, dan sebagainya.

2.    Informasi verbal

       Orang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar; dalam hal ini dapat dimengerti bahwa untuk mengatakan sesuatu itu perlu inteligensi.

3.    Kemampuan intelektual

       Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan menggunakan simbol-simbol. Kemampuan belajar dengan cara inilah yang disebut “kemampuan intelektual”. Misalnya, membedakan huruf m dan n, menyebutkan tanaman yang sejenis.

4.    Strategi kognitif

       Ini merupakan organisasi keterampilan yang internal (internal organized skill) yang perlu untuk belajar mengingat dan berpikir. Kemampuan ini berbeda dengan kemampuan intelektual, karenma ditujukan ke dunia luar, dan tidak dapat dipelajari hanya dengan berbuat satu kali sertaperbaikan-perbaikan terus-menerus.

5.    Sikap

       Kemampuan ini tak dapat dipelajari dengan ulangan-ulangan, tidak tergantung atau dipengaruhi oleh hubungan verbal seperti halnya domain yang lain. Sikap ini penting dalam proses belajar; tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik.

 

5.    Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi

Teori asosiasi disebut juga teori sarbons. Sarbons singkatan dari Stimulus, Respons, dan Bond. Stimulus berarti rangsangan, respons berarti tanggapan, dan bond berarti dihubungkan.  Rangsangan diciptakan untuk memunculkan tanggapan kemudian dihubungkan antara keduanya dan terjadilah asosiasi.

Teori asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Penyatupaduan bagian-bagian melahirkan konsep keseluruhan.

Dari aliran ilmu jiwa asosiasi ada dua teori yg sangat terkenal, yaitu teori konektionisme dari Thorndike dan teori conditioningdari Ivan P. Pavlov.

a.    Teori    Konektionisme

Ada tiga hukum belajar yg utama dan ini diturunkannya dari hasil-hasil penelitiannya.

1.    Hukum Efek

Hukum ini menyebutkan bahwa keadaan memuaskan menyusul respons memperkuat pautan antara stimulus dan tingkah  laku. Sedangkan keadaan yang menjengkelkan memperlemah pautan itu.

2.    Hukum latihan

Pengalaman yg diulang-ulang akan memperbesar peluang timbulnya respons (tanggapan) yg benar. Akan tetapi pengulangan-pengulangan yang tidak disertai keadaan yang memuaskan tidak akan meningkatkan belajar.

3.    Hukum kesiapan

Hukum ini melukiskan syarat-syarat yg menentukan keadaan yg disebut “memuaskan”, atau “menjengkelkan”.  Secara singkat, pelaksanaan tindakan sebagai respons terhadap suatu  impuls yg kuat menimbulkan kepuasaan, sedangkan menghalang-halangi pelaksanaan tindakan atau memaksanya menimbulkan kejengkelan.

Jadi, menurut Thorndike dasar dari belajar tidak lain adalah asosiasi antara kesan panca indra dengan impuls untuk bertindak. Berkat latihan yang terus-menerus, hubungan antara stimulus dan respons itu akan menjadi terbiasa dan otomatis.

Terhadap teori konektionisme ini ada beberapa kelemahan dalam pelaksanaannya, yaitu :

a.     Belajar menurut teori ini bersifat mekanistis

       Kelemahannya adalah anak didik banyak yang hafal bahan pelajaran, tetapi mereka kurang mengerti cara pemakaiannya.

b.    Pelajar bersifat teacher centered (terpusat pada guru)

       Guru yang aktif dalam membelajarkan anak didik. Guru pemberi stimulus. Guru yang melatih dan menentukan apa yang harus dikerjakan oleh anak didik.

c.     Anak didik pasif

Anak didik kurang terdorong untuk berpikir dan juga ia tidak ikut menentukan bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Anak didik lebih mengharapkan stimulus dari guru.

d.    Teori ini lebih mengutamakan materi

       Materi cenderung dejejalkan sebanyak-banyaknya ke dalam otak anak didik (cara-cara pendidikan tradisional) dengan harapan anak didik banyak mempunyai pengetahuan. Pola belajar seperti ini cenderung menjadi intelektualistik.

b.    Teori Conditioning

Dalam kehidupan sehari-hari seseorang pasti merasakan sesuatu yang merangsang air liurnya untuk keluar. Misalnya, bagi para ibu yang sedang hamil dan kebetulan mengidam ingin memakan buah-buahan yang asam-asam, ketika mereka melihat buah asam-asaman tentu saja air liurnya keluar tanpa disadari. Keluarnya tentu saja secara refleks (refleks bersyarat).

Bentuk-bentuk kelakuan seperti itu terjadi karena adanya conditioning. Karena kondisinya diciptakan, maka sudah menjadi kebiasaan. Kondisi yang diciptakan itu merupakan syarat, memunculkan refleks bersyarat.

Kelemahan-kelemahannya teori ini dalam kegiatan belajar adalah.

1.    Percobaan labolatorium berbeda dgn keadaan yang sebenarnya

2.    Pribadi seseorang (cita-cita, kesanggupan, minat, emosi, dan sebagainya) dapat mempengaruhi hasil eksperimen.

3.    Respons mungkin dipengaruhi oleh stimulus yang tak dikenal. Dengan kata lain, tidak dapat diramalkan lebih dahulu, stimulus manakah yang menarik perhatian seseorang.

4.    Teori ini sangat sederhana dan tidak memuaskan untuk menjelaskan segala seluk-beluk belajar yang ternyata sangat kompleks.

 

 

 

YEL-YEL

 

Teori kesulitan belajar

Teori Ilmu Jiwa daya adalah hafalan

Teori Tanggapan

Teori Gestalt adalah keseluruhan lebih penting dibanding sebagian

Teori R. Gagne dan Teori Ilmu Jiwa Asosiasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Djaramah, Syaiful Bahri.2011.Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

 

 

 

           

 

0 komentar:

Posting Komentar

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "