LANGKAH-LANGKAH
DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR
A. Identifikasi Siswa yang Mengalami Kesulitan
Belajar
Istilah identifikasi sering
diberi arti yang sama dengan menemukan dan menemukenali. Identifikasi problema
belajar dimaksudkan sebagai suatu proses menandai suatu gejala yang ada pada
seseorang mengenai sesuatu yang berkaitan dengan timbulnya problema belajar
yang dijadikan dasar untuk mengambil langkah selanjutnya.
Mengidentifikasi
siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Observasi
Observasi
adalah satu cara memperoleh data dengan langsung mengamati terhadap objek.
Sambil melakukan observasi, dilakukan pencatatan terhadap gejala-gejala yang
tampak pada diri subjek, kemudian di seleksi untuk dipilih yang sesuai dengan
tujuan pendidikan. Data yang dapat diperoleh dengan observasi, misalnya:
a. Bagaimana
sikap anak didik dalam mengikuti pelajaran?
Ada gejala-gejala cepat
lelah, mudah mengantuk, sukar memusatkan perhatian, catatannya tidak lengkap,
malas memperhatikan materi yang diberikan.
b. Bagaimana
persiapan psiko-fisiknya
dalam menghadapi pelajaran yang akan diberikan?
Biasanya anak didik
yang malas menerima pelajaran kurang kreatif dan cekatan dalam mempersiapkan
segala sesuatunya.
2. Interviu
Interviu adalah suatu cara
mendapatkan data dengan wawancara langsung terhadap orang yang diselidiki atau
terhadap orang lain – guru, orang tua atau teman intim anak – yang dapat
memberikan informasi tentang orang yang diselidiki. Interviu sebagai pendukung
yang akurat dari kegiatan observasi. Keakuratan data lebih terjamin bila
kegioatan observasi dilanjutkan dengan kegiatan interviu.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu cara untuk
mengetahui sesuatu dengan melihat catatan-catatan, arsip-arsip,
dokumen-dokumen, yang berhubungan dengan orang yang diselidiki. Teknik
dokumentasi aalah suatu cara yang sering dipakai dalam upaya mencari
faktor-faktor penyebab yang menyebabkan anak didik mengalami kesulitan belajar
melalui dokumen anak didik itu sendiri. Diantara dokumen anak didik yang perlu
dicari adalah berhubungan dengan riwayat hidup anak didik, prestasi anak didik,
kumpulan ulangan, catatan kesehatan anak didik, buku raport anak didik, buku
catatan untuk semua pelajaran, dan sebagainya.
4. Tes
Diagnostik
Tes diagnostik dimaksudkan untuk
mengetahui kesulitan belajar yang dialami anak didik berdasarkan hasil tes
formatif sebelumnya. Tes diagnostik memerlukan sejumlah soal untuk satu mata
pelajaran yang diperkirakan merupakan kesuliatan bagi anak didik. Soal-soal
tersebut berpariasi dan difokuskan pada kesulitan. Tes ini biasanya
dilaksanakan sebelum suatu pelajarn berjalan. Diadakan untuk menjajaki
pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai anak didik. Tingkat penguasaan
anak didik terhadap bahan pelajaran yang akan diberikan guru, dapat diketahui
dengan tes diagnostik.
5. Menganalisis Hubungan Sosial
Intensitas interaksi sosial individu dengan kelompoknya dapat diketahui
dengan sosiometri. Dengan sosiometri dapat diketahui individu-individu yang
terisolasi dari kelompoknya. Gejala tersebut merupakan salah satu indikator
kesulitan belajar.
B. Melokalisasi Jenis Kesulitan Belajar
Mengalokasikan letaknya kesulitan
atau permasalahannya, dengan cara mendeteksi kesulitan belajar pada bidang
studi tertentu. Dengan membandingkan angka nilai prestasi siswa yang
bersangkutan dari bidang studi yang diikuti atau dengan angka nilai rata-rata dari
setiap bidang studi. Atau dengan melakukan analisis terhadap catatan mengenai
proses belajar. Hasil analisa empiris terhadap catatan keterlambatan
penyelesaian tugas, ketidak hadiran, kekurang aktifan dan kecenderungan
berpartisipasi dalam belajar.
Setelah peserta didik yang mengalami kesulitan belajar diidentifikasi,
langkah berikutnya adalah menelaah :
a.
Pada pelajaran
apa siswa mengalami kesulitan.
b. Pada aspek tujuan pembelajaran yang mana kesulitan terjadi.
c. Pada bagian (ruang lingkup) materi yang mana kesulitan terjadi.
d. Pada segi-segi proses pembelajaran yang mana kesulitan terjadi.
C. Mendeteksi Penyebab Kesulitan Belajar
Pada tahap ini semua faktor yang diduga sebagai penyebab kesulitan belajar
diusahakan untuk dapat diungkap.
1. Faktor Anak Didik
Faktor
inteligensi adalah kesulitan anak didik yang bersifat menetap. Sedangkan
kesehatan yang kurang baik atau sakit, kebiasaan belajar yang tidak baik dan
sebagainya adalah faktor non-intelektual yang bisa dihilangkan.
Faktor-faktor penyebab
kesulitan belajar anak didik antara lain:
a. Inteligensi
(IQ) yang kurang baik.
b. Bakat
yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari atau yang
diberikan oleh guru.
c. Faktor
emosional yang kurang stabil. Misalnya, mudah tersinggung, pemurung, pemarah,
selalu bingung dalam menghadapi masalah, selalu sedih tanpa alasan yang jelas,
dan sebagainya.
d. Aktivitas
belajar yang kurang. Lebih banyak malas daripada melakukan kegiatan belajar.
Menjelang ulangan baru belajar.
e. Cita-cita
yang tidak relevan (tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari).
f. Keadaan
fisik yang kurang menunjang. Misalnya, cacat tubuh yang ringan seperti kurang
pendengaran, kurang penglihatan, dan gangguan psikomotor. Cacat tubuh yang
tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, hilang tangan dan kaki, dan
sebagainya.
g. Tidak ada
motivasi dalam belajar. Materi pelajaran sukar diterima dan diserap bila anak
didik tidak memiliki motivasi untuk belajar, dan lain-lain.
2. Faktor Sekolah
Faktor-faktor
yang menyebabkan kesulitan belajar bagi anak didik, antara lain ialah:
a. Pribadi
guru yang kurang baik.
b. Guru
tidak berkualitas, baik dalam pengembilan metode yang digunakan ataupun dalam
penguasaan mata pelajaran yang dipegangnya.
c.
Hubungan guru dengan anak didik kurang harmonis. Hal ini bermula pada sifat dan
sikap guru yang tidak disenangi oleh anak didik. Misalnya, guru bersikap kasar,
suka marah, suka mengejek, dan sebagainya.
d. Guru-guru
menuntut standar pelajaran diatas kemampuan anak.
e. Cara
guru mengajar yang kurang baik.
f. Alat/media
yang kurang memadai, dan sebagainya.
3. Faktor Keluarga
Keluarga adalah
lembaga pendidikan informal (luar sekolah) yang diakui keberadaannya dalam
dunia pendidikan. Peranannya tidak kalah pentingnya dari lembaga formal dan
non-formal. Keharmonisan hubungan keluarga serumah merupakan syarat mutlak yang
harus ada didalamnya.
Faktor-faktor dalam keluarga yang menjadi penyebab
kesulitan belajar anak antara lain:
a. Kurangnya
kelengkapan alat-alat belajar bagi anak dirumah, sehingga kebutuhan belajar
yang diperlukan itu, tidak ada, maka kegiatan belajar anak pun terhenti untuk
beberapa waktu.
b. Kurangnya
biaya pendidikan yang disediakan orang tua sehingga anak harus ikut memikirkan
bagaimana mencari uang untuk biaya sekolah hingga tamat.
c. Anak
tidak mempunyai ruang dan tempat belajar yang khusus di rumah.
d. Ekonomi
keluarga yang terlalu lemah atau tinggi yang membuat anak berlebih-lebihan.
e. Kesehatan
keluarga yang kurang baik. Orang tua yang sakit-sakitan sehingga anak harus
ikut memikirkannya dan merasa khawatir, apalagi bila penyakit yang di derita
orang tuanya adalah penyakit yang serius dan kronis.
f. Perhatian
orang tua yang tidak memadai.
g. Kedudukan
anak dalam keluarga yang menyedihkan. Orang tua pilih kasih dalam mengayomi
anak. Seolah-olah ada anak kandung dan anak tiri, dan sebagainya.
4. Faktor Masyarakat Sekitar
Jika keluarga
adalah komunitas masyarakat terkecil, maka masyarakat adalah komunitas
masyarakat dalam kehidupan sosial yang tersebar. Pergaulan yang terkadang
kurang bersahabat sering memicu konflik sosial.
Faktor-faktor masyarakat sekitar yang menyebabkan
kesulitan belajar anak antara lain:
a. Obat-obatan
terlarang seperti narkoba.
b. Lingkungan
masyarakat yang buruk; bau yang tidak sedap dari lingkungan yang kotor atau
jorok membuat anak didik sukar berkonsentrasi.
c. Kegaduhan, kebisingan, keributan,
pertengkaran, kemalingan, perkelahian,
dan sebagainya.
d. Media
cetak dan media elektronik yang disalahgunakan.
Teknik pengungkapan faktor penyebab kesulitan belajar dapat dilakukan
dengan : 1) observasi; 2) wawancara; 3) kuesioner; 4) skala sikap, 5) tes; dan
6) pemeriksaan secara medis.
D. Proses
Pemecahan Kesulitan Belajar
Banyak alternatif
yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya. Akan
tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih
dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai berikut.
1. Menganalisis
hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian
tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang
dihadapi siswa. Data yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan belajar
tadi perlu dianalisis sedemikian rupa, sehingga jenis kesulitan khusus yang
dialami siswa yang berprestasi rendah itu dapat diketahui secara pasti. Contoh:
Badu mengalami kesulitan khusus dalam memahami konsep kata dalam “polismi”.
Polismi ialah sebuah istilah yang menunjuk kata yang memiliki dua makna atau
lebih. “Kata turun”, umpamanya, dapat dipakai dalam berbagai prase seperti
turun harga, turun ranjang, turun tangan, dan seterusnya.
2. Mengidentifikasi
dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan. Berdasarkan
hasil analisis tadi, guru diharapkan dapat menentukan bidang kecakapan tertentu
yang dianggap bermasalah dan memerlukan perbaikan.
3. Menyusun
program perbaikan, khususnya program remedial teaching (pengajaran perbaikan).
Dalam hal menyusun program pengajaran perbaikan, sebelumnya guru perlu
menetapkan hal-hal sebagai beikut:
a. Tujuan
pengajaran remedial
b. Materi
pengajaran remedial
c. Metode
pengajaran remedial
d. Alokasi
waktu pengajaran remedial
e. Evaluasi
kemajuan siswa setelah mengikuti program pengajaran remedial.
4. Melaksanakan
program perbaikan. Pada prinsipnya, program pengajaran remedial itu lebih cepat
dilaksanakan tentu saja akan lebih baik. Tempat penyelenggaraannya bisa dimana
saja, asal tempat itu memungkinkan siswa memusatkan perhatiannya terhadap
proses pengajaran perbaikan tersebut.
YEL-YEL
Langkah-langkah diagnosis kesulitan belajar
Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar
Melokalisasi jenis kesulitan belajar
Mendeteksi penyebab kesulitan belajar
Proses pemecahan kesulitan belajar
DAFTAR PUSTAKA
Syah,
Muhibbin. 2005. Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Yusuf, Munawir dkk. 2003. Pendidikan bagi Anak dengan Problema Belajar. Solo: Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri
Djamarah,
Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta
https://ebekunt.wordpress.com/2009/04/12/diagnosis-kesulitan-belajar.html
0 komentar:
Posting Komentar