MACAM-MACAM
KESULITAN BELAJAR PRAAKADEMIK
A.
Ganguan
Perkembangan
Bahasa
(Disfasia)
Disfasia
adalah ketidakmampuan atau keterbatasan kemampuan anak menggunakan simbol
linguistik dalam rangka berkomunikasi secara verbal. Gangguan pada anak yang
terjadi pada fase perkembangan ketika anak belajar berbicara disebut disfasia perkembangan (developmental dysphasia).
Bicara adalah
bahasa verbal yang memiliki komponen artikulasi suara dan kelancaran. Ekspresi
bahasa bicara (ujaran) mencangkup empat komponen yaitu : fonem, morfem,
sintaksis, semantik, prosodi(intonasi), dan pragmatik. Kesulitan belajar
seyogiyanya telah diketahui dan diperbaiki sejak anak berada di usia prasekolah
karena berpengaruh terhadap prestasi akademik sekolah.
Disfasia
ada dua jenis, yaitu: disfasia reseptif
dan disfasia ekspresif. Pada disfasia reseptif anak mengalami ganguan
pemahaman dalam penerimaan bahasa. Anak dapat mendengar kata-kata yang
diucapkan, tetapi tidak mengerti apa yang didengar karena mengalami gangguan
dalam memproses stimulus yang masuk. Pada disfasia
ekspresif anak tidak mengalami gangguan
pemahaman bahasa, tetapi ia sulit mengespresikan kata secara verbal. Anak
dengan gangguan perkembangan bahasa
akan berdampak pada kemampuan membaca dan menulis.
B.
Gangguan
Motorik
dan Persepsi
Gangguan perkembangan motorik disebut Dispraksia, mencangkup pada gangguan motorik
kasar, penghayatan tubuh, dan motorik halus.
Gangguan persepsi mencangkup persepsi penglihatan
atau persepsi visual, persepsi pendengaran atau auditoris, persepsi heptik (raba dan gerak atau taktil dan
kinetik), dan intelegensi sistem persepsual. Jenis gangguan ini perlu
penanganan secara sistematis karena berpengaruh terhadap perkembangan kognitif yang pada gilirannya
juga dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar akademik.
Dispraksia
atau sering disebut Clumsy adalah
keadaan sebagai akibat adanya gangguan dalam intelegensi auditori-motor. Anak
tidak mampu melakukan gerakan anggota tubuh dengan benar walaupun tidak ada
kelumpuhan anggota tubuh.
Manifestasinya dapat berupa disfasia
verbal (bicara) dan non verbal (menulis, bahasa isyarat, dan pantomim).
Ada beberapa jenis dispraksia, yaitu 1) dispraksia
ideomotoris, 2)
dispraksia ideosional, 3) dispraksia
konstruktional, 4) disprasia oral.
1.
Dispraksia
idemotoris, ditandai kurangnya kemampuan dalam melakukan gerakan praktis
sederhana, seperti menggunting, menggosok gigi, atau menggunakan sendok makan.
Gerakannya terkesan canggung dan kurang luwes dispraksia ini sering merupakan kendala perkembangan bicara.
2.
Dispraksia
idesional. Ditandai anak dapat melakukan gerakan kompleks tetapi tidak mampu
melyelesaikan secara keseluruhan terutama dalam kondisi lingkungan yang tidak
tenang. Kesulitannya terletak pada urutan gerakan, anak sering bingung
mengawali suatu aktivitas, misalnya mengikuti irama musik.
3.
Dipraksia
konstruksional, ditemukan pada anak yang mengalami kesulitan dalam melakukan
gerakan-gerakan kompleks yang berkaitan dengan bentuk, seperti menyusun balok
dan menggambar. Kondisi ini dapat mempengaruhi
gangguan menulis (disgrafia). Hal ini disebabkan karena kegagalan
dalam konsep visiokonstruktif.
4.
Disfraksia
oral, sering ditemukan pada anak yang mengalami disfasia perkembangan (gangguan
perkembangan
bahasa). Anak mempunyai gangguan dalam bicara karena adanya gangguan dalam
konsep gerakan motorik di dalam mulut. Berbicara dipandang sebagai bentuk
gerakan halus dan terampil dalam rongga mulut sehingga anak kurang mampu jika
diminta menirukan gerakan, misalnya menjulurkan atau menggerakkan lidah,
mengembungkan pipi, menarik bibir kedepan,
dan sebagainya.
YEL-YEL
Kesulitan
belajar praakademik
Gangguan
perkembangan bahasa, Disfasia
Disfasia reseptif dan disfasia
ekspresif
Gangguan motorik
dan persepsi
Motorick kasar, penghayatan tubuh, dan motorik halus
Persepsi penglihatan, pendengaran dan heptik.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, muhawir dkk. 2003. Pendidikan bagi anak dengan problema belajar. Solo: Tiga Serangkai
0 komentar:
Posting Komentar