KETERAMPILAN
POKOK BELAJAR (KETERAMPILAN MEGERJAKAN TES DAN KETERAMPILAN MENGATASI
KEJENUHAN)
A.
Keterampilan Mengerjakan Tes
Kadangkala siswa gagal dalam ujian bukan disebabkan oleh
ketidaktahuan melainkan oleh kekeliruan dalam strategi mengerjakan tes. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan siswa dalam mengerjakan tes yaitu:
1.
Mengerjakan Tes Uraian
a.
Sebelum menulis jawaban, tulislah
lebih dahulu pokok-pokok/garis besar jawaban untuk setiap pertanyaan. Hal ini perlu
dilakukan supaya kita dapat menulis jawaban dengan teratur, mencegah lupa akan
hal-hal yang akan kita masukan dalam jawaban.
b.
Jawablah dengan tepat dan
lengkap. Artinya kita diharapkan untuk menunjukkan apa yang kita
kuasai mengenaipersoalan yang kita tanyakan sesuai dengan apa yang
ditanyakan dalam soal, luasnya jawaban itu perlu disesuaikan dengan banyaknya
pertanyaan dan lamanya waktu yang disediakan.
c.
Mulailah lebih dulu menjawab
pertanyaan yang paling mudah. Jika kita mendahulukan soal yang sukar, energi kita akan
banyak dipergunakan untuk mengerjakan tugas ini, dan mungkin pada pertanyaan
yang mudah kita tidak lagi dapat memberi jawaban yang maksimal.
d.
Menulis dengan tulisan yang
jelas. Perhatikan apakah tulisan kita sudah jelas, karena tulisan
yang jelas akan memudahkan guru dalam memeriksa pekerjaan kita.
e.
Tulislah pertanyaan sebelum
menjawab. Sebaiknya setiap jawaban yang kita tulis diawali dengan
pertanyaannya masing-masing, kecuali jika guru yang bersangkutan tidak
mengintruksikan.
f.
Memeriksa kembali pekerjaan
sebelum diserahkan. Dengan memeriksa kembali pekerjaan sebelum diserahkan,
dengan demikian kita masih mempunyai kesempatan untuk melengkapi
kekurangan-kekurangan atau kesalahan-kesalahan dalam pengerjaan.
2.
Mengerjakan Tes Obyektif
Beberapa siswa
mempunyai sikap yang salah terhadap tes obyektif, mereka beranggapan
bahwa mengerjakan tes obyektif itu sifatnya untung-untungan. Memang
faktor kebetulan itu mungkin terjadi dalam mengerjakan tes obyektif, misalnya
untuk test betul salah faktor kebetulan 50 % karena hanya dua alternative jawaban,
sedangkan untuk tes pilihan ganda mempunyai 4 pilihan jawaban, factor kebetulannya
itu 25 %. Tetapi menurut para ahli, tetap saja persiapan dalam menghadapi
tes yang sangat berperan, karena soal-soal obyektif disusun dengan baik
akan dapat membedakan siap siswa yang siap dan yang tidak. Dalam mengerjakan
tes obyektif, selain memperhatikan petunjuk umum perlu diperatikan juga
petunjuk sebagai berikut :
a.
Tanyakan kepada guru rumus
penilainya. Jika cara penilaiannya untuk setiap jawaban betul diberikan
satu dan untuk jawaban salah diberikan angka nol, maka angka keseluruhan yang
akan diperoleh adalah jawaban dari angka yang betul, maka jawaban yang akan
diberikan atas dasar kirakira tidak akan merugikan kita. Dan sebaliknya jika
jawaban yang betul dikurangi jumlah jawaban yang salah, maka jangan memberikan
jawaban atas dasar kira-kira.
b.
Sebelum menjawab, bacalah dengan
baik dan analisislah. Hal ini sama pentingnya dengan menganalisis pertanyaan tes
uraian. Masalah apa yang terkandung dalam pertanyaan itu? Apa yang ditanyakan?
Apakah kata penting yang menjadi pendukung atau kunci persoalan? Setelah hal
ini diperkirakan dengan teliti, simpulkan pilihan kita. Saran yang baik untuk
mengerjakan tes obyektif ialah kerjakan terlebih dahulu soal yang mudah. Bacalah
semua alternatif, kesampingkan beberapa alternatif dan bandingkan satu dengan
lainnya, bayangkan pola jawaban yang benar dari guru, dan periksalah kembali
setiap jawaban.
c.
Catatan kesan pertama jawaban.
Dari
contoh analisis di atas, kesan pertama jawaban itu ialah analisis item, setelah
itu teruskan dengan menganalisis kemungkinan jawaban-jawaban untuk meneliti
apakah kesan pertama itu tepat, jika demikian tetapkan kesan pertama sebagai
jawaban.
d.
Hati-hatilah mengubah jawaban. Hati-hatilah mengubah
jawaban, karena jawaban yang berasal dari kesan pertama diperoleh setelah anda
menganalisis persoalan tersebut. Tetapi jika anda yakin jawaban itu keliru maka
anda perlu mengubahnya.
e.
Jangan tergesa-gesa. Bekerjalah dengan
cepat tetapi jangan terlalu tergesa-gesa. Jumlah tes obyektif biasanya banyak
sedangkan waktu yang disediakan relatif singkat. Tetapi sebenarnya waktu yang
disediakan itu cukup untuk mengerjakan tes obyektif yang tidak memerlukan
banyak waktu, karena itu jangan tergesa-gesa.
B.
Keterampilan Mengatasi Kejenuhan
Secara harfiah, arti jenuh ialah
padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apa pun. Selain itu, jenuh
juga dapat berarti jemu atau bosan. Dalam belajar, disamping siswa sering
mengalami kelupaan, ia juga terkadang mengalami peristiwa negatif lainnya yang
disebut jenuh belajar yang dalam bahasa psikologi lazim disebut learning
plateau atau plateau (baca: pletou) saja. Peristiwa jenuh ini kalau dialami
seorang siswa yang sedang dalam proses belajar (kejenuhan belajar) dapat
membuat siswa tersebut merasa telah memubazirkan usahanya.
Kejenuhan dalam belajar ialah rentang waktu
tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil (Reber,
1988). Seorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan
pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada kemajuan. Tidak
adanya kemajuan hasil belajar ini pada umumnya tidak berlangsung selamanya,
tetapi dalam rentang waktu tertentu saja, misalnya seminggu. Namun tidak
sedikit siswa yang mengalami rentang waktu yang membawa kejenuhan itu
berkali-kali dalam satu periode belajar tertentu.
Seorang siswa yang sedang dalam
keadaan jenuh sistem akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan
dalam memproses item-item informasi atau pengalaman baru, sehingga kemajuan
belajarnya seakan-akan “jalan di tempat”. Apabila kemajuan belajar yang jalan
ditempat ini kita gambarkan dalam bentuk kurva, yang akan tampak adalah garis
mendatar yang lazim disebut plateau. Kejenuhan belajar dapat melanda seorang
siswa yang kehilangan motivasi dan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan
tertentu sebelum sampai pada tingkat keterampilan berikutnya.
1.
Faktor Penyebab dan Cara Mengatasi Kejenuhan Belajar
Kejenuhan belajar dapat melanda siswa apabila ia telah
kehilangan motivasi dan kehilangan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan
tetentu sebelum siswa tertentu sampai pada tingkat keterampilan berikutnya
(Chaplin, 1972). Selain itu, kejenuhan juga dapat terjadi karena proses belajar
siswa telah sampai pada batas kemampuan jasmaniahnya karena bosan (boring) dan
keletihan (fatigue). Namun, penyebab kejenuhan yang paling umum badalah
keletihan yang melanda siswa, karena keletihan dapat menjadi penyebab munculnya
perasaan bosan pada siswa yang bersangkutan.
Menurut Cross (1974) dalam bukunya The Psychology of
Learning, keletihan siswa dapat dikategorikan menjadi tiga macam yakni: 1)
keletihan indera siswa; 2) keletihan fisik siswa; 3) keletihan mental siswa.
Keletihan fisik dan keletihan indera dalam hal ini mata dan telinga pada
umumnya dapat dikurangi atau dihilangkan lebih mudah setelah siswa beristirahat
cukup terutama tidur nyenyak dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang cukup
bergizi. Sebaliknya, keletihan mental tak dapat diatasi dengan cara yang
sederhana cara mengatasi keletihan-keletihan lainnya. Itulah sebabnya,
keletihan mental dipandang sebagai faktor utama penyebab munculnya kejenuhan
belajar.
Apakah yang menyebabkan siswa mengalami keletihan
mental (mental fatigue)? Sedikitnya ada empat faktor penyebab keletihan mental
siswa yakni:
a.
Karena kecemasan siswa terhadap
dampak negatif yang ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri;
b.
Karena kecemasan siswa terhadap
standar/patokan keberhasilan bidang-bidang studi tertentu yang dianggap terlalu
tinggi terutama ketika siswa tersebust sedang merasa bosan mempelajari
bidang-bidang studi tadi;
c.
Karena siswa berada di tengah-tengah
situasi kompetitif yang ketat dan menuntut lebih banyak kerja intelek yang
berat;
Keterampilan
mengatasi kejenuhan dapat berupa melakukan istirahat yang cukup,
mengatur ulang jadwal belajar, menata ulang lingkungan belajar, mengerjakan
kesenangan/minat untuk mengisi waktu luang untuk berapa saat, mencari simulasi
baru agar lebih terdorong untuk belajar, dan menguatkan tekad dalam diri.
Selain itu juga dapat dengan Kiat-kiat mengatasi keletihan mental yang
menyebabkan munculnya kejenuhan antara lain adalah sebagai berikut :
a.
Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan minuman
yang bergizi dengan takaran yang cukup.
b.
Perubahan atau penjadwalan kembali jam-jam dari hari-hari
belajar yang dianggap lebih memungkinkan siswa belajar lebih giat.
c.
Pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa
yang meliputi pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat-alat
perlengkapan belajar dan sebagainya sampai memungkinkan siswa merasa berada di
sebuah kamar baru yang lebih menyenangkan untuk belajar.
d.
Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa
terdorong untuk belajar lebih giat daripada sebelumnya.
e.
Siswa harus berbuat nyata (tidak menyerah atau tinggal diam
dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi).
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar