Rabu, 18 Mei 2016

KETERAMPILAN POKOK BELAJAR (KETERAMPILAN MEGERJAKAN TES DAN KETERAMPILAN MENGATASI KEJENUHAN)


KETERAMPILAN POKOK BELAJAR (KETERAMPILAN MEGERJAKAN TES DAN KETERAMPILAN MENGATASI KEJENUHAN)

A.      Keterampilan Mengerjakan Tes

Kadangkala siswa gagal dalam ujian bukan disebabkan oleh ketidaktahuan melainkan oleh kekeliruan dalam strategi mengerjakan tes. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan siswa dalam mengerjakan tes yaitu:

1.      Mengerjakan Tes Uraian

a.       Sebelum menulis jawaban, tulislah lebih dahulu pokok-pokok/garis besar jawaban untuk setiap pertanyaan. Hal ini perlu dilakukan supaya kita dapat menulis jawaban dengan teratur, mencegah lupa akan hal-hal yang akan kita masukan dalam jawaban.

b.      Jawablah dengan tepat dan lengkap. Artinya kita diharapkan untuk menunjukkan apa yang kita kuasai mengenaipersoalan  yang kita tanyakan sesuai dengan apa yang ditanyakan dalam soal, luasnya jawaban itu perlu disesuaikan dengan banyaknya pertanyaan dan lamanya waktu yang disediakan.

c.       Mulailah lebih dulu menjawab pertanyaan yang paling mudah. Jika kita mendahulukan soal yang sukar, energi kita akan banyak dipergunakan untuk mengerjakan tugas ini, dan mungkin pada pertanyaan yang mudah kita tidak lagi dapat memberi jawaban yang maksimal.

d.      Menulis dengan tulisan yang jelas. Perhatikan apakah tulisan kita sudah jelas, karena tulisan yang jelas akan memudahkan guru dalam memeriksa pekerjaan kita.

e.       Tulislah pertanyaan sebelum menjawab. Sebaiknya setiap jawaban yang kita tulis diawali dengan pertanyaannya masing-masing, kecuali jika guru yang bersangkutan tidak mengintruksikan.

f.       Memeriksa kembali pekerjaan sebelum diserahkan. Dengan memeriksa kembali pekerjaan sebelum diserahkan, dengan demikian kita masih mempunyai kesempatan untuk melengkapi kekurangan-kekurangan atau kesalahan-kesalahan dalam pengerjaan.

 

2.      Mengerjakan Tes Obyektif

Beberapa siswa mempunyai sikap yang salah terhadap tes obyektif, mereka beranggapan bahwa mengerjakan tes obyektif itu sifatnya untung-untungan. Memang faktor kebetulan itu mungkin terjadi dalam mengerjakan tes obyektif, misalnya untuk test betul salah faktor kebetulan 50 % karena hanya dua alternative jawaban, sedangkan untuk tes pilihan ganda mempunyai 4 pilihan jawaban, factor kebetulannya itu 25 %. Tetapi menurut para ahli, tetap saja persiapan dalam menghadapi tes yang sangat berperan, karena soal-soal obyektif disusun dengan baik akan dapat membedakan siap siswa yang siap dan yang tidak. Dalam mengerjakan tes obyektif, selain memperhatikan petunjuk umum perlu diperatikan juga petunjuk sebagai berikut :

a.       Tanyakan kepada guru rumus penilainya. Jika cara penilaiannya untuk setiap jawaban betul diberikan satu dan untuk jawaban salah diberikan angka nol, maka angka keseluruhan yang akan diperoleh adalah jawaban dari angka yang betul, maka jawaban yang akan diberikan atas dasar kirakira tidak akan merugikan kita. Dan sebaliknya jika jawaban yang betul dikurangi jumlah jawaban yang salah, maka jangan memberikan jawaban atas dasar kira-kira.

b.      Sebelum menjawab, bacalah dengan baik dan analisislah. Hal ini sama pentingnya dengan menganalisis pertanyaan tes uraian. Masalah apa yang terkandung dalam pertanyaan itu? Apa yang ditanyakan? Apakah kata penting yang menjadi pendukung atau kunci persoalan? Setelah hal ini diperkirakan dengan teliti, simpulkan pilihan kita. Saran yang baik untuk mengerjakan tes obyektif ialah kerjakan terlebih dahulu soal yang mudah. Bacalah semua alternatif, kesampingkan beberapa alternatif dan bandingkan satu dengan lainnya, bayangkan pola jawaban yang benar dari guru, dan periksalah kembali setiap jawaban.

c.       Catatan kesan pertama jawaban. Dari contoh analisis di atas, kesan pertama jawaban itu ialah analisis item, setelah itu teruskan dengan menganalisis kemungkinan jawaban-jawaban untuk meneliti apakah kesan pertama itu tepat, jika demikian tetapkan kesan pertama sebagai jawaban.

d.      Hati-hatilah mengubah jawaban. Hati-hatilah mengubah jawaban, karena jawaban yang berasal dari kesan pertama diperoleh setelah anda menganalisis persoalan tersebut. Tetapi jika anda yakin jawaban itu keliru maka anda perlu mengubahnya.

e.       Jangan tergesa-gesa. Bekerjalah dengan cepat tetapi jangan terlalu tergesa-gesa. Jumlah tes obyektif biasanya banyak sedangkan waktu yang disediakan relatif singkat. Tetapi sebenarnya waktu yang disediakan itu cukup untuk mengerjakan tes obyektif yang tidak memerlukan banyak waktu, karena itu jangan tergesa-gesa.

 

B.       Keterampilan Mengatasi Kejenuhan

Secara harfiah, arti jenuh ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apa pun. Selain itu, jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan. Dalam belajar, disamping siswa sering mengalami kelupaan, ia juga terkadang mengalami peristiwa negatif lainnya yang disebut jenuh belajar yang dalam bahasa psikologi lazim disebut learning plateau atau plateau (baca: pletou) saja. Peristiwa jenuh ini kalau dialami seorang siswa yang sedang dalam proses belajar (kejenuhan belajar) dapat membuat siswa tersebut merasa telah memubazirkan usahanya.

Kejenuhan dalam belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil (Reber, 1988). Seorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada kemajuan. Tidak adanya kemajuan hasil belajar ini pada umumnya tidak berlangsung selamanya, tetapi dalam rentang waktu tertentu saja, misalnya seminggu. Namun tidak sedikit siswa yang mengalami rentang waktu yang membawa kejenuhan itu berkali-kali dalam satu periode belajar tertentu.

Seorang siswa yang sedang dalam keadaan jenuh sistem akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam memproses item-item informasi atau pengalaman baru, sehingga kemajuan belajarnya seakan-akan “jalan di tempat”. Apabila kemajuan belajar yang jalan ditempat ini kita gambarkan dalam bentuk kurva, yang akan tampak adalah garis mendatar yang lazim disebut plateau. Kejenuhan belajar dapat melanda seorang siswa yang kehilangan motivasi dan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum sampai pada tingkat keterampilan berikutnya.

 

1.      Faktor Penyebab dan Cara Mengatasi Kejenuhan Belajar

Kejenuhan belajar dapat melanda siswa apabila ia telah kehilangan motivasi dan kehilangan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tetentu sebelum siswa tertentu sampai pada tingkat keterampilan berikutnya (Chaplin, 1972). Selain itu, kejenuhan juga dapat terjadi karena proses belajar siswa telah sampai pada batas kemampuan jasmaniahnya karena bosan (boring) dan keletihan (fatigue). Namun, penyebab kejenuhan yang paling umum badalah keletihan yang melanda siswa, karena keletihan dapat menjadi penyebab munculnya perasaan bosan pada siswa yang bersangkutan.

Menurut Cross (1974) dalam bukunya The Psychology of Learning, keletihan siswa dapat dikategorikan menjadi tiga macam yakni: 1) keletihan indera siswa; 2) keletihan fisik siswa; 3) keletihan mental siswa. Keletihan fisik dan keletihan indera dalam hal ini mata dan telinga pada umumnya dapat dikurangi atau dihilangkan lebih mudah setelah siswa beristirahat cukup terutama tidur nyenyak dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang cukup bergizi. Sebaliknya, keletihan mental tak dapat diatasi dengan cara yang sederhana cara mengatasi keletihan-keletihan lainnya. Itulah sebabnya, keletihan mental dipandang sebagai faktor utama penyebab munculnya kejenuhan belajar.

Apakah yang menyebabkan siswa mengalami keletihan mental (mental fatigue)? Sedikitnya ada empat faktor penyebab keletihan mental siswa yakni:

a.         Karena kecemasan siswa terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri;

b.        Karena kecemasan siswa terhadap standar/patokan keberhasilan bidang-bidang studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi terutama ketika siswa tersebust sedang merasa bosan mempelajari bidang-bidang studi tadi;

c.         Karena siswa berada di tengah-tengah situasi kompetitif yang ketat dan menuntut lebih banyak kerja intelek yang berat;

Keterampilan mengatasi kejenuhan   dapat berupa melakukan istirahat yang cukup, mengatur ulang jadwal belajar, menata ulang lingkungan belajar, mengerjakan kesenangan/minat untuk mengisi waktu luang untuk berapa saat, mencari simulasi baru agar lebih terdorong untuk belajar, dan menguatkan tekad dalam diri. Selain itu juga dapat dengan Kiat-kiat mengatasi keletihan mental yang menyebabkan munculnya kejenuhan antara lain adalah sebagai berikut :

a.         Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dengan takaran yang cukup.

b.         Perubahan atau penjadwalan kembali jam-jam dari hari-hari belajar yang dianggap lebih memungkinkan siswa belajar lebih giat.

c.         Pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa yang meliputi pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat-alat perlengkapan belajar dan sebagainya sampai memungkinkan siswa merasa berada di sebuah kamar baru yang lebih menyenangkan untuk belajar.

d.        Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat daripada sebelumnya.

e.         Siswa harus berbuat nyata (tidak menyerah atau tinggal diam dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi).

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA


 

0 komentar:

Posting Komentar

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "