Senin, 06 April 2015

KELOMPOK DAN PEMANFAATANNYA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING



KELOMPOK DAN PEMANFAATANNYA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
A.      TERBENTUKNYA KELOMPOK
Kelompok didukung dan terbentuk melalui berkumpulnya sejumlah orang. Kumpulan orang-orang itu kemudian menjunjung suatu atau beberapa kualitas tertentu, sehingga dengan demikian kumpulan tersebut menjadi sebuah kelompok.
1.        Unsur Kuantitas dan Kualitas
Apabila sejumlah orang (misalnya 20 orang) bersama-sama berada disuatu tempat, tetapi orang yang satu tidak punya hubungan sama sekali dengan yang lain, maka sejumlah orang itu dapat disebut sebagai “kumpulan orang-orang”. Unsur atau ciri yang ada di dalam kumpulan orang-orang itu hanya satu, yaitu “kuantitas”. Unsur kuantitas itu tidak membawa dampak sesuatu kepada lingkungannya maupun kepada diri mereka sendiri, kecuali dampak  berkenaan dengan besar-kecilnya bangunan fisik keseluruhan kumpulan orang-orang itu.
Suatu dampak tertentu akan mulai terasa, baik ke dalam diri mereka sendiri maupun kepada lingkungan, apabila dalam kumpulan orang-orang itu sudah ada sesuatu yang lebih dari sekedar kuantitas. Misalnya, karena kegerahan orang yang tidur tadi mulai bangun, dan yang satu melihat dan menyadari adanya orang lain. Meraka merasa mulai ada kebersamaan diantara mereka. Mereka saling bertanya menuturkan pemahaman masing-masing sebelum mereka berada di ruangan yang mereka tempati itu. Dari suasana seperti itu tampak bahwa unsur “kualitas” mulai tumbuh pada kumpulan orang-orang yang semula hanya memiliki unsur “kuantitas”.

2.        Kerumpunan dan Kelompok
Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai peristiwa berkumpulnya sejumlah orang di suatu tempat. Objek-objek tertentu, seperti pertandingan olahraga merupakan peristiwa yang mengundang banyak orang untuk datang. Di tempat itu orang-orang tidak terlibat satu sama lain, tetapi “kebersamaan” yang ada pada orang-orang itu baru merupakan “kebersamaan kuantitas”, belum berkembang kebersamaan dengan “kualitas”. Contoh orang-orang dengan kebersamaan kualitas adalah mahasiswa yang sedang berdiskusi, dll.
Berkumpulnya sejumlah orang yang masing-masing tidak mempunyai hubungan itu membentuk apa yang disebut “kerumpunan” sedangkan berkumpulnya sejumlah orang yang saling berkaitan satu sama lain membentuk apa yang disebut “kelompok”.
3.        Faktor Pengikat dalam Kelompok
Kumpulan orang-orang atau kerumunan dapat berubah menjadi kelompok apabila di dalamnya muncul dan berkembang faktor-faktor pengikat sebagai berikut:
a.       Interaksi antara orang-orang yang ada di dalam kumpulan atau kerumunan itu.
b.      Ikatan emosional sebagai pernyataan kebersamaan.
c.       Tujuan atau kepentingan bersama yang ingin dicapai.
d.      Kepemimpinan yang dipatuhi dalam rangka mencapai tujuan atau kepentingan bersama.
e.       Norma yang diakui dan diikuti oleh mereka yang terlibat di dalamnya.
NB: Tidak semua kelompok harus diikat oleh kelima faktor tersebut di atas, dan lagi kekuatan ikatan masing-masing faktor itupun dapat tidak selalu sama. Untuk suatu kelompok yang mantap diperlukan mantapnya kelima faktor itu.
B.       JENIS KELOMPOK DAN KEANGGOTAANNYA
1.        Jenis-jenis Kelompok
a.       Kelompok primer dan kelompok sekunder
Kelompok primer diwarnai oleh hubungan pribadi secara akrab dan kerja sama terus-menerus diantara para anggotanya. Contohnya keluarga, kesatuan anak-anak sepermainan, kesatuan sekelompok remaja.
Kelompok sekunder didasarkan kepada kepentingan-kepentingan tertentu yang mewarnai arah kegiatan dan gerak-gerik kelompok itu, seperti: kelompok politik , kelompok keagamaan, kelompok para ahli pada suatu bidang, dll.
b.      Kelompok sosial dan kelompok psikologikal
Jenis-jenis kelompok ini dibedakan terutama sekali atas dasar tujuan pokok yang ingin dicapai. Pada kelompok sosial, tujuan yang ingin dicapai biasanya tidak bersifat pribadi (impersonal), melainkan merupakan tujuan bersama untuk kepentingan bersama. Contoh: persatuan buruh.
Kelompok psikologikal pada dasarnya lebih bersifat mempribadi (personal). Para anggota kelompok psikologikal memasuki kelompok itu biasanya didorong oleh kepentingan yang menyangkut hubungan antarpribadi. Contoh: sekelompok anak perempuan yang berkumpul di bawah pohon rindang setiap waktu istirahat & himpunan para korban kebakaran atau perkosaan.
c.       Kelompok terorganisasikan dan kelompok tidak terorganisasikan
Dalam suatu kelompok yang terorganisasikan masing-masing anggota memainkan peranan yang persamaan, perbedaan dan kaitan yang satu dengan lainnnya jelas dan tegas, untuk mencapai tujuan bersama. Ciri utama kelompok terorganisasikan ialah adanya pemimpin yang mengatur dan memberi kemudahan dan mengawasi dijalankannya peranan masing-masing anggota. Sebaliknya pada kelompok yang tidak terorganisasikan para anggotanya bertindak lebih bebas, tidak saling terikat pada anggota lain.
d.      Kelompok formal dan kelompok informal
Kelompok formal biasanya terbentuk berdasarkan tujuan dan aturan tertentu yang bersifat resmi (dan tertulis). Gerak dan kegiatan kelompok formalpun diatur dan tidak boleh menyimpang dari ketentuan yang telah dibuat. Aturan ini biasanya tertulis dalam AD dan ART. Sebaliknya keberadaan dan gerak-gerik kelompok informal tidak didasarkan atas hal-hal resmi seperti itu, melainkan didasarkan pada kemauan, kebebasan dan selera orang-orang yang terlibat di dalamnya.

2.        Keanggotan Kelompok
Keanggotan kelompok dapat bersifat sukarela atau tidak sukarela. Keanggotaan dalam kelompok keluarga tertentu adalah tidak sukarela. Ada beberapa organisasi yang anggotanya terhimpun atas dasar kedudukannya. Dalam kelompok seperti ini semua menduduki jabatan yang dimaksud, mau tidak mau menjadi anggota dari kelompok itu. Sebaliknya, kelompok yang keanggotaannya bersifat sukarela biasanya lebih bebas dalam menentukan gerak dan kegiatan kelompok itu. Adapun alas an seseorang mau memasuki suatu kelompok secara sukarela adalah:
a.       Dalam kelompok itu dapat dicapai tujuan atau kepentingan pribadi yang penting, misalnya kedudukan dan penghargaan.
b.      Kelompok itu menyajikan kegiatan-kegiatan yang menarik, seperti diskusi, menjelajah alam, darmawisata, olahraga, dll.
c.       Dengan memasuki kelompok itu kebutuhan-kebutuhan tertentu dapat terpenuhi, seperti kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, kebutuhan untuk dikenal orang lain, kebutuhan akan rasa aman, dsb.


C.       KELOMPOK DALAM KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING
1.        Dinamika Kelompok
Kelompok yang baik ialah kelompok apabila kelompok itu diwarnai oleh semangat tinggi, kerjasama yang lancar dan mantap serta adanya saling mempercayai di antara anggota-anggotanya. Dinamika kelompok adalah kekuatan yang mendorong kehidupan kelompok itu.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas kelompok adalah:
a.       Tujuan dan kegiatan kelompok.
b.      Jumlah anggota.
c.       Kualitas pribadi masing-masing anggota kelompok.
d.      Kedudukan kelompok.
e.       Kemampuan kelompok dalam memenuhi kebutuhan anggota untuk saling berhubungan sebagai kawan, kebutuhan untk diterima, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan bantuan moral, dsb.
Namun, satu faktor yang tidak boleh dilupakan, bahkan faktor yang amat penting, ialah tumbuh dan berkembangnya “dinamika kelompok” di dalam kelompok yang dimaksudkan itu. Dinamika kelompok merupakan sinergi dari semua faktor yang ada dalam suatu kelompok; artinya merupakan pengerahan secara serentak semua faktor yang dapat digerakkan dalam kelompok itu. Dengan demikian, dinamika kelompok merupakan jiwa yang menghidupkan dan menghidupi suatu kelompok.
2.        Peranan Dinamika Kelompok dalam Bimbingan dan Konseling
Layanan dengan pendekatan kelompok dalam bimbingan dan konseling merupakan bentuk usaha pemberian bantuan kepada orang-orang yang memerlukan. Melalui dinamika kelompok setiap anggota kelompok diharapkan mampu tegak sebagai perorangan yang sedang mengembangkan kediriannya dalam hubungannya dengan orang lain. Ini tidak berarti bahwa kedirian seseorang lebih ditonjolkan daripada kehidupan kelompok secara umum.

3.        Dua Jenis Kelompok dalam Layanan Bimbingan dan Konseling
Dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling melalui pendekatan kelompok, ada dua jenis kelompok yang dapat dikembangkan, yaitu kelompok bebas dan kelompok tugas. Anggota-anggota “kelompok bebas” melakukan kegiatan kelompok tanpa penugasan tertentu, dan kehidupan kelompok itu memang tidak disiapkan secara khusus sebelumnya. Kelompok bebas memberikan kesempatan kepada seluruh anggota kelompok untuk menentukan arah da nisi kehidupan kelompok itu.
Dalam “kelompok tugas” arah dan isi kegiatan kelompok ditetapkan terlebih dahulu. Sesuai dengan namanya , “kelompok tugas” pada dasarnya diberi tugas untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, baik pekerjaan itu ditugaskan oleh pihak di luar kelompok itu maupun tumbuh di dalam kelompok itu sendiri sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan kelompok itu sebelumnya. Dalam hal ini tampak bahwa “kelompok bebas” dapat mengubah dirinya menjadi “kelompok tugas” , yaitu apabila kelompok itu mengikatkan diri untuk sesuatu tugas yang ingin diselesaikan.
Apabila materi itu bersifat penugasan, maka kelompok adalah “kelompok tugas”, sedangkan apabila materi itu merupakan hasil pengemukaan secara bebas para anggota kelompok, maka kelompok itu adalah “kelompok bebas”. Di dalam kedua jenis kelompok itu, keberadaan dan peranan dinamika kelompok adalah sama.














YEL-YEL
Yang digoyang… goyang… goyang…
Yang digoyang… goyang… goyang…
Kalau tidak digoyang nanti sakit pinggang
Puter… ter diputer… puter… puter…
Ter diputer… puter… puter…
Kalau tidak diputer nanti sakir puser
Genjot… jot digenjot… genjot… genjot…
Jot digenjot… genjot… genjot…
Kalau tidak digenjot nanti sakit encok













DAFTAR PUSTAKA
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta: Ghalia Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "