KELOMPOK DAN PEMANFAATANNYA DALAM BIMBINGAN
DAN KONSELING
A.
TERBENTUKNYA KELOMPOK
Kelompok didukung dan terbentuk melalui berkumpulnya sejumlah orang.
Kumpulan orang-orang itu kemudian menjunjung suatu atau beberapa kualitas
tertentu, sehingga dengan demikian kumpulan tersebut menjadi sebuah kelompok.
1.
Unsur Kuantitas dan Kualitas
Apabila sejumlah orang
(misalnya 20 orang) bersama-sama berada disuatu tempat, tetapi orang yang satu
tidak punya hubungan sama sekali dengan yang lain, maka sejumlah orang itu
dapat disebut sebagai “kumpulan orang-orang”. Unsur atau ciri yang ada di dalam
kumpulan orang-orang itu hanya satu, yaitu “kuantitas”. Unsur kuantitas itu
tidak membawa dampak sesuatu kepada lingkungannya maupun kepada diri mereka
sendiri, kecuali dampak berkenaan dengan
besar-kecilnya bangunan fisik keseluruhan kumpulan orang-orang itu.
Suatu dampak tertentu
akan mulai terasa, baik ke dalam diri mereka sendiri maupun kepada lingkungan,
apabila dalam kumpulan orang-orang itu sudah ada sesuatu yang lebih dari
sekedar kuantitas. Misalnya, karena kegerahan orang yang tidur tadi mulai
bangun, dan yang satu melihat dan menyadari adanya orang lain. Meraka merasa
mulai ada kebersamaan diantara mereka. Mereka saling bertanya menuturkan
pemahaman masing-masing sebelum mereka berada di ruangan yang mereka tempati
itu. Dari suasana seperti itu tampak bahwa unsur “kualitas” mulai tumbuh pada
kumpulan orang-orang yang semula hanya memiliki unsur “kuantitas”.
2.
Kerumpunan dan Kelompok
Dalam kehidupan
sehari-hari sering dijumpai peristiwa berkumpulnya sejumlah orang di suatu
tempat. Objek-objek tertentu, seperti pertandingan olahraga merupakan peristiwa
yang mengundang banyak orang untuk datang. Di tempat itu orang-orang tidak
terlibat satu sama lain, tetapi “kebersamaan” yang ada pada orang-orang itu
baru merupakan “kebersamaan kuantitas”, belum berkembang kebersamaan dengan
“kualitas”. Contoh orang-orang dengan kebersamaan kualitas adalah mahasiswa
yang sedang berdiskusi, dll.
Berkumpulnya sejumlah
orang yang masing-masing tidak mempunyai hubungan itu membentuk apa yang
disebut “kerumpunan” sedangkan berkumpulnya sejumlah orang yang saling
berkaitan satu sama lain membentuk apa yang disebut “kelompok”.
3.
Faktor Pengikat dalam Kelompok
Kumpulan orang-orang
atau kerumunan dapat berubah menjadi kelompok apabila di dalamnya muncul dan
berkembang faktor-faktor pengikat sebagai berikut:
a.
Interaksi antara orang-orang yang ada di dalam
kumpulan atau kerumunan itu.
b.
Ikatan emosional sebagai pernyataan kebersamaan.
c.
Tujuan atau kepentingan bersama yang ingin
dicapai.
d.
Kepemimpinan yang dipatuhi dalam rangka mencapai
tujuan atau kepentingan bersama.
e.
Norma yang diakui dan diikuti oleh mereka yang
terlibat di dalamnya.
NB: Tidak semua kelompok harus diikat oleh kelima faktor tersebut di atas,
dan lagi kekuatan ikatan masing-masing faktor itupun dapat tidak selalu sama.
Untuk suatu kelompok yang mantap diperlukan mantapnya kelima faktor itu.
B.
JENIS KELOMPOK DAN KEANGGOTAANNYA
1.
Jenis-jenis Kelompok
a.
Kelompok primer dan kelompok sekunder
Kelompok primer
diwarnai oleh hubungan pribadi secara akrab dan kerja sama terus-menerus
diantara para anggotanya. Contohnya keluarga, kesatuan anak-anak sepermainan,
kesatuan sekelompok remaja.
Kelompok sekunder
didasarkan kepada kepentingan-kepentingan tertentu yang mewarnai arah kegiatan
dan gerak-gerik kelompok itu, seperti: kelompok politik , kelompok keagamaan,
kelompok para ahli pada suatu bidang, dll.
b.
Kelompok sosial dan kelompok psikologikal
Jenis-jenis
kelompok ini dibedakan terutama sekali atas dasar tujuan pokok yang ingin
dicapai. Pada kelompok sosial, tujuan yang ingin dicapai biasanya tidak
bersifat pribadi (impersonal), melainkan merupakan tujuan bersama untuk
kepentingan bersama. Contoh: persatuan buruh.
Kelompok
psikologikal pada dasarnya lebih bersifat mempribadi (personal). Para anggota
kelompok psikologikal memasuki kelompok itu biasanya didorong oleh kepentingan yang
menyangkut hubungan antarpribadi. Contoh: sekelompok anak perempuan yang
berkumpul di bawah pohon rindang setiap waktu istirahat & himpunan para
korban kebakaran atau perkosaan.
c.
Kelompok terorganisasikan dan kelompok tidak
terorganisasikan
Dalam suatu
kelompok yang terorganisasikan masing-masing anggota memainkan peranan yang
persamaan, perbedaan dan kaitan yang satu dengan lainnnya jelas dan tegas,
untuk mencapai tujuan bersama. Ciri utama kelompok terorganisasikan ialah
adanya pemimpin yang mengatur dan memberi kemudahan dan mengawasi dijalankannya
peranan masing-masing anggota. Sebaliknya pada kelompok yang tidak
terorganisasikan para anggotanya bertindak lebih bebas, tidak saling terikat
pada anggota lain.
d.
Kelompok formal dan kelompok informal
Kelompok formal
biasanya terbentuk berdasarkan tujuan dan aturan tertentu yang bersifat resmi
(dan tertulis). Gerak dan kegiatan kelompok formalpun diatur dan tidak boleh
menyimpang dari ketentuan yang telah dibuat. Aturan ini biasanya tertulis dalam
AD dan ART. Sebaliknya keberadaan dan gerak-gerik kelompok informal tidak didasarkan
atas hal-hal resmi seperti itu, melainkan didasarkan pada kemauan, kebebasan
dan selera orang-orang yang terlibat di dalamnya.
2.
Keanggotan Kelompok
Keanggotan kelompok
dapat bersifat sukarela atau tidak sukarela. Keanggotaan dalam kelompok keluarga
tertentu adalah tidak sukarela. Ada beberapa organisasi yang anggotanya
terhimpun atas dasar kedudukannya. Dalam kelompok seperti ini semua menduduki
jabatan yang dimaksud, mau tidak mau menjadi anggota dari kelompok itu.
Sebaliknya, kelompok yang keanggotaannya bersifat sukarela biasanya lebih bebas
dalam menentukan gerak dan kegiatan kelompok itu. Adapun alas an seseorang mau
memasuki suatu kelompok secara sukarela adalah:
a.
Dalam kelompok itu dapat dicapai tujuan atau
kepentingan pribadi yang penting, misalnya kedudukan dan penghargaan.
b.
Kelompok itu menyajikan kegiatan-kegiatan yang
menarik, seperti diskusi, menjelajah alam, darmawisata, olahraga, dll.
c.
Dengan memasuki kelompok itu kebutuhan-kebutuhan
tertentu dapat terpenuhi, seperti kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki,
kebutuhan untuk dikenal orang lain, kebutuhan akan rasa aman, dsb.
C.
KELOMPOK DALAM KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING
1.
Dinamika Kelompok
Kelompok yang baik
ialah kelompok apabila kelompok itu diwarnai oleh semangat tinggi, kerjasama
yang lancar dan mantap serta adanya saling mempercayai di antara
anggota-anggotanya. Dinamika kelompok adalah kekuatan yang mendorong kehidupan
kelompok itu.
Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kualitas kelompok adalah:
a.
Tujuan dan kegiatan kelompok.
b.
Jumlah anggota.
c.
Kualitas pribadi masing-masing anggota kelompok.
d.
Kedudukan kelompok.
e.
Kemampuan kelompok dalam memenuhi kebutuhan
anggota untuk saling berhubungan sebagai kawan, kebutuhan untk diterima,
kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan bantuan moral, dsb.
Namun, satu faktor yang tidak boleh dilupakan, bahkan faktor yang amat
penting, ialah tumbuh dan berkembangnya “dinamika kelompok” di dalam kelompok
yang dimaksudkan itu. Dinamika kelompok merupakan sinergi dari semua faktor
yang ada dalam suatu kelompok; artinya merupakan pengerahan secara serentak
semua faktor yang dapat digerakkan dalam kelompok itu. Dengan demikian,
dinamika kelompok merupakan jiwa yang menghidupkan dan menghidupi suatu
kelompok.
2.
Peranan Dinamika Kelompok dalam Bimbingan dan
Konseling
Layanan dengan
pendekatan kelompok dalam bimbingan dan konseling merupakan bentuk usaha
pemberian bantuan kepada orang-orang yang memerlukan. Melalui dinamika kelompok
setiap anggota kelompok diharapkan mampu tegak sebagai perorangan yang sedang
mengembangkan kediriannya dalam hubungannya dengan orang lain. Ini tidak
berarti bahwa kedirian seseorang lebih ditonjolkan daripada kehidupan kelompok
secara umum.
3.
Dua Jenis Kelompok dalam Layanan Bimbingan dan
Konseling
Dalam pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling melalui pendekatan kelompok, ada dua jenis
kelompok yang dapat dikembangkan, yaitu kelompok bebas dan kelompok tugas.
Anggota-anggota “kelompok bebas” melakukan kegiatan kelompok tanpa penugasan
tertentu, dan kehidupan kelompok itu memang tidak disiapkan secara khusus
sebelumnya. Kelompok bebas memberikan kesempatan kepada seluruh anggota
kelompok untuk menentukan arah da nisi kehidupan kelompok itu.
Dalam “kelompok tugas”
arah dan isi kegiatan kelompok ditetapkan terlebih dahulu. Sesuai dengan namanya
, “kelompok tugas” pada dasarnya diberi tugas untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan, baik pekerjaan itu ditugaskan oleh pihak di luar kelompok itu maupun
tumbuh di dalam kelompok itu sendiri sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan
kelompok itu sebelumnya. Dalam hal ini tampak bahwa “kelompok bebas” dapat
mengubah dirinya menjadi “kelompok tugas” , yaitu apabila kelompok itu
mengikatkan diri untuk sesuatu tugas yang ingin diselesaikan.
Apabila materi itu
bersifat penugasan, maka kelompok adalah “kelompok tugas”, sedangkan apabila
materi itu merupakan hasil pengemukaan secara bebas para anggota kelompok, maka
kelompok itu adalah “kelompok bebas”. Di dalam kedua jenis kelompok itu,
keberadaan dan peranan dinamika kelompok adalah sama.
YEL-YEL
Yang digoyang…
goyang… goyang…
Yang digoyang…
goyang… goyang…
Kalau tidak
digoyang nanti sakit pinggang
Puter… ter
diputer… puter… puter…
Ter diputer…
puter… puter…
Kalau tidak
diputer nanti sakir puser
Genjot… jot
digenjot… genjot… genjot…
Jot digenjot…
genjot… genjot…
Kalau tidak
digenjot nanti sakit encok
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar