Selasa, 13 Oktober 2015

MEMAHAMI KRITERIA DAN KARAKTERISTIK KESULITAN BELAJAR

MEMAHAMI KRITERIA DAN KARAKTERISTIK KESULITAN BELAJAR
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.
Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya: (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.
1.      Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
2.      Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
3.      Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
4.      Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5.      Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas dimana siswa dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Terdapat empat ukuran dapat menentukan kegagalan atau kemajuan belajar siswa: (1) tujuan pendidikan; (2) kedudukan dalam kelompok; (3) tingkat pencapaian hasil belajar dibandingkan dengan potensi; dan (4) kepribadian.
1.      Tujuan Pendidikan
Dalam keseluruhan sistem pendidikan, tujuan pendidikan merupakan salah satu  komponen pendidikan yang penting, karena akan memberikan arah proses kegiatan pendidikan. Segenap kegiatan pendidikan atau kegiatan pembelajaran diarahkan guna mencapai tujuan pembelajaran. Siswa yang dapat mencapai target tujuan-tujuan tersebut dapat dianggap sebagai siswa yang berhasil.
2.      Kedudukan dalam Kelompok
Kedudukan seorang siswa dalam kelompoknya akan menjadi ukuran dalam pencapaian hasil belajarnya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila memperoleh prestasi belajar di bawah prestasi rata-rata kelompok secara keseluruhan. Misalnya, rata-rata prestasi belajar kelompok 8, siswa yang mendapat nilai di bawah angka 8, diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Dengan demikian, nilai yang dicapai seorang akan memberikan arti yang lebih jelas setelah dibandingkan dengan prestasi yang lain dalam kelompoknya.
3.      Perbandingan antara Potensi dan Prestasi
Prestasi belajar yang dicapai seorang siswa akan tergantung dari tingkat potensinya, baik yang berupa kecerdasan maupun bakat. Siswa yang berpotensi tinggi cenderung dan seyogyanya dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi pula. Sebaliknya, siswa yang memiliki potensi yang rendah cenderung untuk memperoleh prestasi belajar yang rendah pula. Dengan membandingkan antara potensi dengan prestasi belajar yang dicapainya kita dapat memperkirakan sampai sejauhmana dapat merealisasikan potensi yang dimikinya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila prestasi yang dicapainya tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
4.      Kepribadian
Hasil belajar yang dicapai oleh seseorang akan tercerminkan dalam seluruh kepribadiannya. Setiap proses belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam aspek kepribadian. Siswa yang berhasil dalam belajar akan menunjukkan pola-pola kepribadian tertentu, sesuai dengan tujuan yang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Siswa diakatan mengalami kesulitan belajar, apabila menunjukkan pola-pola perilaku atau kepribadian yang menyimpang dari seharusnya, seperti : acuh tak acuh, melalaikan tugas, sering membolos, menentang, isolated, motivasi lemah, emosi yang tidak seimbang dan sebagainya.

YEL-YEL
Karakteristik kesulitan belajar…
Learning disorder, learning disfunction
Under achiever, slow learner and learning disabilities
Kriteria kesulitan belajar…
Tujuan pendidikan, kedudukan dalam kelompok
Perbandingan antara potensi dan prestasi serta kepribadian
















DAFTAR PUSTAKA

http://pendiluarbiasa.wordpress.com/2012/05/karakteristik-dan-masalah-perkembangan-anak-berkesulitan-belajar.html
DEFINISI KESULITAN BELAJAR, GEJALA KESULITAN BELAJAR DAN PENYEBAB TERJADINYA KESULITAN BELAJAR
A.      Definisi Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi di mana anak didik tidak belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar.

B.       Gejala Kesulitan Belajar
Beberapa gejala sebagai sebagai indikator adanya kesulitan belajar anak didik dapat dilihat dari petunjuk-petunjuk berikut:
1.      Menunjukkan prestasi belajar yang rendah, di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok anak didik di kelas.
2.      Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Padahal anak didik sudah berusaha belajar dengan keras, tetapi nilainya selalu rendah.
3.      Anak didik lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam segala hal. Misalnya mengerjakan soal-soal dalam waktu lama baru selesai, dalam mengerjakan tugas-tugas selalu menunda waktu.
4.      Anak didik menunjukan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh , berpura-pura, berdusta, mudah tersinggung dan sebagainya.
5.      Anak didik menunjukan tingkah laku yang tidak seperti biasanya ditujukan kepada orang lain. Dalam hal ini misalnya anak didik menjadi pemurung, pemarah, selalu bingung, selalu bingung, kurang gembira atau mengasingkan diri dari kawan-kawan sepermainan.
6.      Anak didik yang tergolong memiliki IQ tinggi, yang secara potensial mereka seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi, tetapi kenyataannya mereka mendapatkan prestasi belajar yang rendah.
7.      Anak didik yang selalu menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk sebagian besar mata pelajaran, tetapi di lain waktu prestasi belajarnya menurun drastis.

C.      Penyebab Terjadinya Kesulitan Belajar
1.      Faktor Anak Didik
Untuk mendapatkan gambaran faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi penyebab kesulitan belajar anak didik, maka akan dikemukakan seperti berikut ini.
a.       IQ yang kurang baik.
b.      Bakat yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari atau yang diberikan oleh guru.
c.       Faktor emosional yang kurang stabil. Misalnya, mudah tersinggung, pemurung, selalu bingung dalam menghadapi masalah, selalu sedih tanpa alasan yang jelas, dan sebagainya.
d.      Aktivitas belajar yang kurang. Lebih banyak malas daripada melakukan kegiiatan belajar. Menjelang ulangan baru belajar.
e.       Kebiasaan belajar yang kurang baik. Belajar dengan penguasaan ilmu pengetahuan pada tingkat hafalan, tidak dengan pengertian (insight), sehingga sukar ditransfer ke situasi yang lain.
f.       Penyesuaian sosial yang sulit. Cepatnya penyerapan bahan pelajaran oleh anak didik tertentu menyebabkan anak didik susah menyesuaikan diri untuk mengimbangi dalam belajarnya.
g.      Latar belakang pengalaman yang pahit. Misalnya, anak didik sekolah sambil bekerja. Kemiskinan ekonomi orang tua memaksa anak didik harus bekerja demi membiayai sendiri uang sekolah. Waktu yang seharusnya dipakai untuk belajar dengan sangat terpaksa digunakan untuk bekerja.
h.      Cita-cita yang tidak relevan (tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari).
2.      Faktor Sekolah
Faktor dari lingkungan sekolah yang dianggap dapat menimbulkan kesulitan belajar adalah sebagai berikut:
a.       Pribadi guru yang kurang baik.
b.      Guru tidak berkualitas, baik dalam pengambilan metode yang digunakan ataupun dalam penguasaan mata pelajaran yang dipegangnya. Hal ini bisa terjadi karena keahlian yang dipegangnya kurang sesuai, sehingga kurang menguasai, atau kurang persiapan, sehingga cara menerangkan kurang jelas, sukar dimengerti oleh setiap anak didik.
c.       Hubungan guru dengan anak didik kurang harmonis. Hal ini bermula pada sifat dan sikap guru yang tidak disenangi oleh anak didik. Misalnya, guru bersikap kasar, suka marah, suka mengejek, tak pernah senyum, tak suka membantu anak, suka membentak, dan sebagainya.
d.      Guru-guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak. Hal ini biasanya terjadi pada guru yang masih muda yang belum berpengalaman, sehingga belum dapat mengukur kemampuan anak didik. Karenanya hanya sebagian kecil anak didik dapat berhasil dengan baik dalam belajar.
e.       Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha mendiagnosis kesulitan belajar anak didik.
f.       Cara guru mengajar yang kurang baik.
g.      Alat/media yang kurang memadai. Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran yang tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum. Kurangnya alat laboratorium akan banyak menimbulkan kesulitan dalam belajar.
h.      Perpustakaan sekolah kurang memadai dan kurang merangsang penggunaannya oleh anak didik.
3.      Faktor Keluarga
Ada beberapa faktor dalam keluarga yang menjadi penyebab kesulitan belajar anak didik sebagai berikut.
a.       Kurangnya kelengkapan alat-alat belajar bagi anak di rumah, sehingga kebutuhan belajar yang diperlukan itu, tidak ada, maka kegiatan belajar anak pun terhenti untuk beberapa waktu.
b.      Kurangnya biaya pendidikan yang disediakan orang tua sehingga anak harus memikirkan bagaimana mencari uang untuk biaya sekolah hingga tamat.
c.       Anak tidak mempunyai ruang dan tempat belajar yang khusus di rumah. Karena tidak mempunyai ruang belajar, maka anak belajar kemana-mana; bisa di ruang dapur, di ruang tamu, atau belajar di tempat tidur.
d.      Ekonomi keluarga yang terlalu lemah atau tinggi yang membuat anak berlebih-lebihan.
e.       Kesehatan keluarga yang kurang baik. Orang tua yang sakit-sakitan, misalnya, membuat anak harus ikut memikirkannya dan merasa prihatin. Apalagi bila penyakit yang diderita orang tuanya adalah penyakit yang serius dan kronis.
f.       Perhatian orang tua yang tidak memadai. Anak merasa kecewa dan mungkin frustasi melihat orang tuanya yang tidak memperhatikannya. Hal ini biasanya disebabkan karena orang tua sibuk dalam bekerja.
4.      Faktor Masyarakat Sekitar
Dalam masyarakat, terpatri strata sosial yang merupakan penjelmaan dari suku, ras, agama, antar golongan, pendidikan, jabatan, status, dan sebagainya. Pergaulan yang terkadang kurang bersahabat sering memicu konflik sosial. Gossip bukanlah ucapan haram dalam pandang masyarakat tertentu. Keributan, pertengkaran, perkelahian, perampokan, pembunuhan, perjudian perilaku jahiliyah lainnya sudah menjadi santapan sehari-hari dalam masyarakat. Lingkungan masyarakat seperti ini adalah lingkungan yang kurang bersahabat pada anak didik, karena anak didik tidak mungkin dapat belajar dengan tenang. Keributan lingkungan di sekitar berpotensi memecahkan konsentrasi anak didik dalam belajar. Akhirnya, anak didik pun tidak betah belajar, karena sulit membangkitkan daya konsentrasi.
Kesulitan belajar anak didik tidak hanya bersumber dari lingkungan masyarakat yang buruk, tetapi juga dapat bersumber dari media cetak dan media elektronik. Di antara bahan bacaan dan majalah atau Koran, ternyata bahan bahan bacaan berbau seks hadir melengkapi pentas bacaan masyarakat. Media elektronik seperti televise juga menampilkan iklan dan film yang memperlihatkan sebagaian tubuh yang telanjang.



DAFTAR PUSTAKA

Djamarah. Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "