DEFINISI KESULITAN BELAJAR, GEJALA
KESULITAN BELAJAR DAN PENYEBAB TERJADINYA KESULITAN BELAJAR
A. Definisi Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar
adalah suatu kondisi di mana anak didik tidak belajar secara wajar, disebabkan
adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar.
B. Gejala Kesulitan Belajar
Beberapa gejala sebagai
sebagai indikator adanya kesulitan belajar anak didik dapat dilihat dari
petunjuk-petunjuk berikut:
1.
Menunjukkan prestasi belajar yang rendah, di
bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok anak didik di kelas.
2.
Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan
usaha yang dilakukan. Padahal anak didik sudah berusaha belajar dengan keras,
tetapi nilainya selalu rendah.
3.
Anak didik lambat dalam mengerjakan tugas-tugas
belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam segala hal. Misalnya
mengerjakan soal-soal dalam waktu lama baru selesai, dalam mengerjakan
tugas-tugas selalu menunda waktu.
4.
Anak didik menunjukan sikap yang kurang wajar,
seperti acuh tak acuh , berpura-pura, berdusta, mudah tersinggung dan
sebagainya.
5.
Anak didik menunjukan tingkah laku yang tidak seperti
biasanya ditujukan kepada orang lain. Dalam hal ini misalnya anak didik menjadi
pemurung, pemarah, selalu bingung, selalu bingung, kurang gembira atau
mengasingkan diri dari kawan-kawan sepermainan.
6.
Anak didik yang tergolong memiliki IQ tinggi,
yang secara potensial mereka seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi,
tetapi kenyataannya mereka mendapatkan prestasi belajar yang rendah.
7.
Anak didik yang selalu menunjukkan prestasi
belajar yang tinggi untuk sebagian besar mata pelajaran, tetapi di lain waktu
prestasi belajarnya menurun drastis.
C. Penyebab Terjadinya Kesulitan Belajar
1.
Faktor Anak Didik
Untuk mendapatkan
gambaran faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi penyebab kesulitan belajar
anak didik, maka akan dikemukakan seperti berikut ini.
a.
IQ yang kurang baik.
b.
Bakat yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan
pelajaran yang dipelajari atau yang diberikan oleh guru.
c.
Faktor emosional yang kurang stabil. Misalnya,
mudah tersinggung, pemurung, selalu bingung dalam menghadapi masalah, selalu
sedih tanpa alasan yang jelas, dan sebagainya.
d.
Aktivitas belajar yang kurang. Lebih banyak
malas daripada melakukan kegiiatan belajar. Menjelang ulangan baru belajar.
e.
Kebiasaan belajar yang kurang baik. Belajar
dengan penguasaan ilmu pengetahuan pada tingkat hafalan, tidak dengan
pengertian (insight), sehingga sukar ditransfer ke situasi yang lain.
f.
Penyesuaian sosial yang sulit. Cepatnya
penyerapan bahan pelajaran oleh anak didik tertentu menyebabkan anak didik
susah menyesuaikan diri untuk mengimbangi dalam belajarnya.
g.
Latar belakang pengalaman yang pahit. Misalnya,
anak didik sekolah sambil bekerja. Kemiskinan ekonomi orang tua memaksa anak
didik harus bekerja demi membiayai sendiri uang sekolah. Waktu yang seharusnya
dipakai untuk belajar dengan sangat terpaksa digunakan untuk bekerja.
h.
Cita-cita yang tidak relevan (tidak sesuai
dengan bahan pelajaran yang dipelajari).
2.
Faktor Sekolah
Faktor dari
lingkungan sekolah yang dianggap dapat menimbulkan kesulitan belajar adalah
sebagai berikut:
a.
Pribadi guru yang kurang baik.
b.
Guru tidak berkualitas, baik dalam pengambilan
metode yang digunakan ataupun dalam penguasaan mata pelajaran yang dipegangnya.
Hal ini bisa terjadi karena keahlian yang dipegangnya kurang sesuai, sehingga
kurang menguasai, atau kurang persiapan, sehingga cara menerangkan kurang
jelas, sukar dimengerti oleh setiap anak didik.
c.
Hubungan guru dengan anak didik kurang harmonis.
Hal ini bermula pada sifat dan sikap guru yang tidak disenangi oleh anak didik.
Misalnya, guru bersikap kasar, suka marah, suka mengejek, tak pernah senyum,
tak suka membantu anak, suka membentak, dan sebagainya.
d.
Guru-guru menuntut standar pelajaran di atas
kemampuan anak. Hal ini biasanya terjadi pada guru yang masih muda yang belum
berpengalaman, sehingga belum dapat mengukur kemampuan anak didik. Karenanya
hanya sebagian kecil anak didik dapat berhasil dengan baik dalam belajar.
e.
Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha
mendiagnosis kesulitan belajar anak didik.
f.
Cara guru mengajar yang kurang baik.
g.
Alat/media yang kurang memadai. Alat pelajaran
yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran yang tidak baik. Terutama
pelajaran yang bersifat praktikum. Kurangnya alat laboratorium akan banyak menimbulkan
kesulitan dalam belajar.
h.
Perpustakaan sekolah kurang memadai dan kurang
merangsang penggunaannya oleh anak didik.
3.
Faktor Keluarga
Ada beberapa
faktor dalam keluarga yang menjadi penyebab kesulitan belajar anak didik
sebagai berikut.
a.
Kurangnya kelengkapan alat-alat belajar bagi
anak di rumah, sehingga kebutuhan belajar yang diperlukan itu, tidak ada, maka
kegiatan belajar anak pun terhenti untuk beberapa waktu.
b.
Kurangnya biaya pendidikan yang disediakan orang
tua sehingga anak harus memikirkan bagaimana mencari uang untuk biaya sekolah
hingga tamat.
c.
Anak tidak mempunyai ruang dan tempat belajar
yang khusus di rumah. Karena tidak mempunyai ruang belajar, maka anak belajar
kemana-mana; bisa di ruang dapur, di ruang tamu, atau belajar di tempat tidur.
d.
Ekonomi keluarga yang terlalu lemah atau tinggi
yang membuat anak berlebih-lebihan.
e.
Kesehatan keluarga yang kurang baik. Orang tua
yang sakit-sakitan, misalnya, membuat anak harus ikut memikirkannya dan merasa
prihatin. Apalagi bila penyakit yang diderita orang tuanya adalah penyakit yang
serius dan kronis.
f.
Perhatian orang tua yang tidak memadai. Anak
merasa kecewa dan mungkin frustasi melihat orang tuanya yang tidak
memperhatikannya. Hal ini biasanya disebabkan karena orang tua sibuk dalam
bekerja.
4.
Faktor Masyarakat Sekitar
Dalam masyarakat,
terpatri strata sosial yang merupakan penjelmaan dari suku, ras, agama, antar
golongan, pendidikan, jabatan, status, dan sebagainya. Pergaulan yang terkadang
kurang bersahabat sering memicu konflik sosial. Gossip bukanlah ucapan haram
dalam pandang masyarakat tertentu. Keributan, pertengkaran, perkelahian,
perampokan, pembunuhan, perjudian perilaku jahiliyah lainnya sudah menjadi
santapan sehari-hari dalam masyarakat. Lingkungan masyarakat seperti ini adalah
lingkungan yang kurang bersahabat pada anak didik, karena anak didik tidak
mungkin dapat belajar dengan tenang. Keributan lingkungan di sekitar berpotensi
memecahkan konsentrasi anak didik dalam belajar. Akhirnya, anak didik pun tidak
betah belajar, karena sulit membangkitkan daya konsentrasi.
Kesulitan belajar anak
didik tidak hanya bersumber dari lingkungan masyarakat yang buruk, tetapi juga
dapat bersumber dari media cetak dan media elektronik. Di antara bahan bacaan
dan majalah atau Koran, ternyata bahan bahan bacaan berbau seks hadir
melengkapi pentas bacaan masyarakat. Media elektronik seperti televise juga
menampilkan iklan dan film yang memperlihatkan sebagaian tubuh yang telanjang.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah.
Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta
0 komentar:
Posting Komentar