Selasa, 13 Oktober 2015

MEMAHAMI KRITERIA DAN KARAKTERISTIK KESULITAN BELAJAR

MEMAHAMI KRITERIA DAN KARAKTERISTIK KESULITAN BELAJAR
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.
Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya: (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.
1.      Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
2.      Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
3.      Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
4.      Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5.      Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas dimana siswa dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Terdapat empat ukuran dapat menentukan kegagalan atau kemajuan belajar siswa: (1) tujuan pendidikan; (2) kedudukan dalam kelompok; (3) tingkat pencapaian hasil belajar dibandingkan dengan potensi; dan (4) kepribadian.
1.      Tujuan Pendidikan
Dalam keseluruhan sistem pendidikan, tujuan pendidikan merupakan salah satu  komponen pendidikan yang penting, karena akan memberikan arah proses kegiatan pendidikan. Segenap kegiatan pendidikan atau kegiatan pembelajaran diarahkan guna mencapai tujuan pembelajaran. Siswa yang dapat mencapai target tujuan-tujuan tersebut dapat dianggap sebagai siswa yang berhasil.
2.      Kedudukan dalam Kelompok
Kedudukan seorang siswa dalam kelompoknya akan menjadi ukuran dalam pencapaian hasil belajarnya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila memperoleh prestasi belajar di bawah prestasi rata-rata kelompok secara keseluruhan. Misalnya, rata-rata prestasi belajar kelompok 8, siswa yang mendapat nilai di bawah angka 8, diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Dengan demikian, nilai yang dicapai seorang akan memberikan arti yang lebih jelas setelah dibandingkan dengan prestasi yang lain dalam kelompoknya.
3.      Perbandingan antara Potensi dan Prestasi
Prestasi belajar yang dicapai seorang siswa akan tergantung dari tingkat potensinya, baik yang berupa kecerdasan maupun bakat. Siswa yang berpotensi tinggi cenderung dan seyogyanya dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi pula. Sebaliknya, siswa yang memiliki potensi yang rendah cenderung untuk memperoleh prestasi belajar yang rendah pula. Dengan membandingkan antara potensi dengan prestasi belajar yang dicapainya kita dapat memperkirakan sampai sejauhmana dapat merealisasikan potensi yang dimikinya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila prestasi yang dicapainya tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
4.      Kepribadian
Hasil belajar yang dicapai oleh seseorang akan tercerminkan dalam seluruh kepribadiannya. Setiap proses belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam aspek kepribadian. Siswa yang berhasil dalam belajar akan menunjukkan pola-pola kepribadian tertentu, sesuai dengan tujuan yang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Siswa diakatan mengalami kesulitan belajar, apabila menunjukkan pola-pola perilaku atau kepribadian yang menyimpang dari seharusnya, seperti : acuh tak acuh, melalaikan tugas, sering membolos, menentang, isolated, motivasi lemah, emosi yang tidak seimbang dan sebagainya.

YEL-YEL
Karakteristik kesulitan belajar…
Learning disorder, learning disfunction
Under achiever, slow learner and learning disabilities
Kriteria kesulitan belajar…
Tujuan pendidikan, kedudukan dalam kelompok
Perbandingan antara potensi dan prestasi serta kepribadian
















DAFTAR PUSTAKA

http://pendiluarbiasa.wordpress.com/2012/05/karakteristik-dan-masalah-perkembangan-anak-berkesulitan-belajar.html
DEFINISI KESULITAN BELAJAR, GEJALA KESULITAN BELAJAR DAN PENYEBAB TERJADINYA KESULITAN BELAJAR
A.      Definisi Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi di mana anak didik tidak belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar.

B.       Gejala Kesulitan Belajar
Beberapa gejala sebagai sebagai indikator adanya kesulitan belajar anak didik dapat dilihat dari petunjuk-petunjuk berikut:
1.      Menunjukkan prestasi belajar yang rendah, di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok anak didik di kelas.
2.      Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Padahal anak didik sudah berusaha belajar dengan keras, tetapi nilainya selalu rendah.
3.      Anak didik lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam segala hal. Misalnya mengerjakan soal-soal dalam waktu lama baru selesai, dalam mengerjakan tugas-tugas selalu menunda waktu.
4.      Anak didik menunjukan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh , berpura-pura, berdusta, mudah tersinggung dan sebagainya.
5.      Anak didik menunjukan tingkah laku yang tidak seperti biasanya ditujukan kepada orang lain. Dalam hal ini misalnya anak didik menjadi pemurung, pemarah, selalu bingung, selalu bingung, kurang gembira atau mengasingkan diri dari kawan-kawan sepermainan.
6.      Anak didik yang tergolong memiliki IQ tinggi, yang secara potensial mereka seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi, tetapi kenyataannya mereka mendapatkan prestasi belajar yang rendah.
7.      Anak didik yang selalu menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk sebagian besar mata pelajaran, tetapi di lain waktu prestasi belajarnya menurun drastis.

C.      Penyebab Terjadinya Kesulitan Belajar
1.      Faktor Anak Didik
Untuk mendapatkan gambaran faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi penyebab kesulitan belajar anak didik, maka akan dikemukakan seperti berikut ini.
a.       IQ yang kurang baik.
b.      Bakat yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari atau yang diberikan oleh guru.
c.       Faktor emosional yang kurang stabil. Misalnya, mudah tersinggung, pemurung, selalu bingung dalam menghadapi masalah, selalu sedih tanpa alasan yang jelas, dan sebagainya.
d.      Aktivitas belajar yang kurang. Lebih banyak malas daripada melakukan kegiiatan belajar. Menjelang ulangan baru belajar.
e.       Kebiasaan belajar yang kurang baik. Belajar dengan penguasaan ilmu pengetahuan pada tingkat hafalan, tidak dengan pengertian (insight), sehingga sukar ditransfer ke situasi yang lain.
f.       Penyesuaian sosial yang sulit. Cepatnya penyerapan bahan pelajaran oleh anak didik tertentu menyebabkan anak didik susah menyesuaikan diri untuk mengimbangi dalam belajarnya.
g.      Latar belakang pengalaman yang pahit. Misalnya, anak didik sekolah sambil bekerja. Kemiskinan ekonomi orang tua memaksa anak didik harus bekerja demi membiayai sendiri uang sekolah. Waktu yang seharusnya dipakai untuk belajar dengan sangat terpaksa digunakan untuk bekerja.
h.      Cita-cita yang tidak relevan (tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari).
2.      Faktor Sekolah
Faktor dari lingkungan sekolah yang dianggap dapat menimbulkan kesulitan belajar adalah sebagai berikut:
a.       Pribadi guru yang kurang baik.
b.      Guru tidak berkualitas, baik dalam pengambilan metode yang digunakan ataupun dalam penguasaan mata pelajaran yang dipegangnya. Hal ini bisa terjadi karena keahlian yang dipegangnya kurang sesuai, sehingga kurang menguasai, atau kurang persiapan, sehingga cara menerangkan kurang jelas, sukar dimengerti oleh setiap anak didik.
c.       Hubungan guru dengan anak didik kurang harmonis. Hal ini bermula pada sifat dan sikap guru yang tidak disenangi oleh anak didik. Misalnya, guru bersikap kasar, suka marah, suka mengejek, tak pernah senyum, tak suka membantu anak, suka membentak, dan sebagainya.
d.      Guru-guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak. Hal ini biasanya terjadi pada guru yang masih muda yang belum berpengalaman, sehingga belum dapat mengukur kemampuan anak didik. Karenanya hanya sebagian kecil anak didik dapat berhasil dengan baik dalam belajar.
e.       Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha mendiagnosis kesulitan belajar anak didik.
f.       Cara guru mengajar yang kurang baik.
g.      Alat/media yang kurang memadai. Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran yang tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum. Kurangnya alat laboratorium akan banyak menimbulkan kesulitan dalam belajar.
h.      Perpustakaan sekolah kurang memadai dan kurang merangsang penggunaannya oleh anak didik.
3.      Faktor Keluarga
Ada beberapa faktor dalam keluarga yang menjadi penyebab kesulitan belajar anak didik sebagai berikut.
a.       Kurangnya kelengkapan alat-alat belajar bagi anak di rumah, sehingga kebutuhan belajar yang diperlukan itu, tidak ada, maka kegiatan belajar anak pun terhenti untuk beberapa waktu.
b.      Kurangnya biaya pendidikan yang disediakan orang tua sehingga anak harus memikirkan bagaimana mencari uang untuk biaya sekolah hingga tamat.
c.       Anak tidak mempunyai ruang dan tempat belajar yang khusus di rumah. Karena tidak mempunyai ruang belajar, maka anak belajar kemana-mana; bisa di ruang dapur, di ruang tamu, atau belajar di tempat tidur.
d.      Ekonomi keluarga yang terlalu lemah atau tinggi yang membuat anak berlebih-lebihan.
e.       Kesehatan keluarga yang kurang baik. Orang tua yang sakit-sakitan, misalnya, membuat anak harus ikut memikirkannya dan merasa prihatin. Apalagi bila penyakit yang diderita orang tuanya adalah penyakit yang serius dan kronis.
f.       Perhatian orang tua yang tidak memadai. Anak merasa kecewa dan mungkin frustasi melihat orang tuanya yang tidak memperhatikannya. Hal ini biasanya disebabkan karena orang tua sibuk dalam bekerja.
4.      Faktor Masyarakat Sekitar
Dalam masyarakat, terpatri strata sosial yang merupakan penjelmaan dari suku, ras, agama, antar golongan, pendidikan, jabatan, status, dan sebagainya. Pergaulan yang terkadang kurang bersahabat sering memicu konflik sosial. Gossip bukanlah ucapan haram dalam pandang masyarakat tertentu. Keributan, pertengkaran, perkelahian, perampokan, pembunuhan, perjudian perilaku jahiliyah lainnya sudah menjadi santapan sehari-hari dalam masyarakat. Lingkungan masyarakat seperti ini adalah lingkungan yang kurang bersahabat pada anak didik, karena anak didik tidak mungkin dapat belajar dengan tenang. Keributan lingkungan di sekitar berpotensi memecahkan konsentrasi anak didik dalam belajar. Akhirnya, anak didik pun tidak betah belajar, karena sulit membangkitkan daya konsentrasi.
Kesulitan belajar anak didik tidak hanya bersumber dari lingkungan masyarakat yang buruk, tetapi juga dapat bersumber dari media cetak dan media elektronik. Di antara bahan bacaan dan majalah atau Koran, ternyata bahan bahan bacaan berbau seks hadir melengkapi pentas bacaan masyarakat. Media elektronik seperti televise juga menampilkan iklan dan film yang memperlihatkan sebagaian tubuh yang telanjang.



DAFTAR PUSTAKA

Djamarah. Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Rabu, 29 April 2015

tahap pembentukan kegiatan kelompok dalam layanan BK



TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KEGIATAN KELOMPOK DALAM LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A.      Tahap I: Pembentukan
Berkat hasil kegiatan awal maka dapat dimulailah pengumpulan para (calon) anggota kelompok dalam rangka kegiatan kelompok yang direncanakan.
1.        Pengenalan dan Pengungkapan Tujuan
Dalam tahap pembentukan ini peranan pemimpin kelompok hendaknya memunculkan dirinya sehingga tertangkap oleh para anggota sebagai orang yang benar-benar bisa dan bersedia membantu para anggota kelompok mencapai tujuan mereka. Peranan ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa hendaknya benar-benar terwujud. Di sini pemimpin kelompok perlu:
a.       Menjelaskan tujuan umum yang ingin dicapai melalui kegiatan kelompok itu dan menjelaskan cara-cara yang hendaknya dilalui dalam mencapai tujuan itu.
b.      Mengemukakan tentang diri sendiri yang kira-kira perlu untuk terselenggaranya kegiatan kelompok secara baik (antara lain memperkenalkan diri secara terbuka, menjelaskan peranannya sebagai pemimpin kelompok, dan sebagainya).
c.       Menampilkan tingkah laku dan komunikasi yang mengandung unsur-unsur penghormatan kepada orang lain (dalam hal ini anggota kelompok), ketulusan hati, kehangatan dan empati.

2.        Terbangunnya Kebersamaan
Hasil tahap awal suatu kelompok (yaitu menjelaskan dimasukinya tahap “pembentukkan”), mungkin adalah suatu keadaan di mana para anggota kelompok itu belum merasa adanya keterikatan kelompok. “kelompok” yang terbentuk sesudah “tahap awal” yang sedang mengalami tahap pembentukan itu agaknya baru merupakan suatu kumpulan oran-orang yang saling tidak mengenal.
Dalam keadaan seperti itu peranan utama pemimpin kelompok ialah merangsang dan memantapkan keterlibatan orang-orang baru itu dalam suasana kelompok yang diinginkan dan juga membangkitkan minat-minat dan kebutuhannya serta rasa berkepentingan para anggota mengikuti kegiatan kelompok yang sedang mulai digerakkan itu.
Pemimpin kelompok harus mampu menumbuhkan sikap kebersamaan dan perasaan kelompok.

3.        Keaktifan Pemimpin Kelompok
Pemimpin kelompok perlu memusatkan usahanya pada:
a.       Penjelasan tentang tujuan kegiatan.
b.      Penumbuhan rasa saling mengenal antaranggota.
c.       Penumbuhan sikap saling mempercayai dan saling menerima.
d.      Dimulainya pembahasan tentang tingkah laku dan suasasa perasaan dalam kelompok.

4.        Beberapa Teknik
a.       Teknik “Pertanyaan dan Jawaban”
Salah satu teknik tersebut ialah: para anggota menulis jawaban atas suatu pertanyaan pada selembar kertas yang disediakan oleh pemimpin kelompok. Misalnya pertanyaan “siapa saya?” “bagaimana suasana hari ini?” “apakah yang perlu kita lakukan sekarang?”. Cara ini dapat merupakan awal dari usaha anggota untuk mengungkapkan diri sendiri.
b.      Teknik “Perasaan dan Tanggapan”
Teknik ini adalah mempersilahkan atau meminta masing-masing anggota kelompok mengemukakan perasaan dan tanggapannya atas sesuatu masalah atau suasana yang mereka rasakan pada saat pertemuan itu berlangsung. Teknik merangsang para anggota untuk mengenali masalahnya dan atau perasaannya sendiri yang mungkin justru perlu menjadi pokok bahasan utama dalam kelompok itu.
c.       Teknik “Permainan Kelompok”
Berbagai permainan kelompok, seperti “Rangkaian Nama”, “Kebun Binatang”, “Tiga Dot” dapat dipergunakan. Dalam menyelenggarakan permainan kelompok perlu diingat bahwa tujuan permainan itu adalah penghangatan dan pengakraban. Oleh karena itu, permaina kelompok yang layak diselenggarakan dalam tahap ini ialah permainan yang mengandung ciri-ciri:
1)      Dilakukan oleh seluruh anggota kelompok (termasuk PK).
2)      Bersifat gembira atau lucu.
3)      Tidak memakan tenaga atau melelahkan.
4)      Sederhana.
5)      Waktunya singkat.

5.        Pola Keseluruhan
Pola keseluruhan tahap pertama tersebut dapat disimpulkan ke dalam Bagan I berikut ini.





















Bagan I
Tahap I: Pembentukan
TAHAP I
PEMBENTUKAN

Tema:
ü  Pengenalan
ü  Pelibatan diri
ü  Pemasukan diri

Tujuan:
1.         Anggota memahami pengertian dan kegiatan kelompok dalam rangka BK.
2.         Tumbuhnya suasana kelompok.
3.         Tumbuhnya minat anggota mengikuti kegiatan kelompok.
4.         Tumbuhnya saling mengenal, percaya, menerima dan membantu diantara para anggota.
5.         Tumbuhnya suasana bebas dan terbuka.
6.         Dimulainya pembahasan tentang tingkah laku dan perasaan dalam kelompok.

Kegiatan:
1.      Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok dalam rangka pelayanan BK.
2.      Menjelaskan (a) cara-cara, dan (b) asas-asas kegiatan kelompok.
3.      Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri.
4.      Teknik khusus.
5.      Permainan penghangatan/pengakraban.
PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK
1.      Menampilkan diri secara utuh dan terbuka.
2.      Menampilkna penghormatan kepada orang lain, hangat, tulus, bersedia membantu dan penuh.
3.      Sebagai contoh.








YEL-YEL
Ayo kawan… kita semua
Belajar BK kelompok di kampus kita
Pasang matamu
Pasang telingamu
Kita belajar tak jemu-jemu
Tahap … tahap… perkembangan kelompok…
Mari belajar BK kelompok




















DAFTAR PUSTAKA

Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling. Padang: Ghalia Indonesia

Senin, 06 April 2015

BENTUK LAYANAN BK BELAJAR



BENTUK LAYANAN BK BELAJAR

Bimbingan belajar di sekolah dapat dilakukan dengan pendekatan individual dan pendekatan kelompok. Yang dimaksud pendekatan individual adalah pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru kepada seorang siswa. Pendekatan kelompok adalah pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru kepada siswa yang jumlahnya lebih dari dua orang. Pendekatan kelompok ini dibedakan menjadi kelompok kecil ( small group), dan pendekatan kelompok besar, terdiri atas 50 orang atau lebih ( Totok Santoso, 1988).
Sesuai dengan sifat layanan bimbingan yaitu preventif, kuratif, development, maka pendekatan individual dan pendekatan kelompok kecil dipakai dalam rangka bimbingan kuratif atau penyembuhan, sedang pendekatan klasikal dan pendekatan kelompok besar dipakai untuk bimbingan preventif atau pencegahan dan development atau pengembangan. Untuk jelasnya kita ikuti uraian berikut ini.
A.      Bimbingan Individual
Bimbingan individual dalam belajar adalah suatu proses bantuan yang diberikan oleh seorang guru atau pembimbing kepada seorang siswa yang mengalami kesulitan belajar, agar siswa tersebut mampu memecahkan masalahnya. Bimbingan individual ini dilakukan atas pertimbangan bahwa kesulitan belajar yang dialami oleh siswa sifatnya khusus atau sudah berat sehingga memerlukan penyelesaian secara individual. Melalui pendekatan individual guru dapat memahami keadaan siswa secara mendalam tentang tingkat kesulitan yang dialami, serta kemampuan dan kelemahan yang dimiliki siswa. Dengan pemahaman ini, guru dapat memberikan bantuan atau bimbingan secara tepat. Kelemahan dari bimbingan individual adalah memakan waktu, tenaga, dan biaya yang lebih banyak dibanding dengan bimbingan kelompok.

B.       Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok adalah suatu proses yang diberikan oleh seorang guru atau pembimbing kepada sekelompok siswa agar mereka dapat mengenal diri, menyesuaikan diri, dan mampu mengatasi masalah atau kesulitannya sehingga dapat mengembangkan diri secara maksimal. Bimbingan kelompok dilaksanakan atas pertimbangan adanya masalah yang relative sama pada sekelompok siswa, adanya kebutuhan siswa akan suasana kelompok sebagai realitas hakikat manusia sebagai makhluk sosial serta adanya kesulitan yang dialami siswa yang lebih tepat diselesaikan dalam suasana kelompok. Di dalam kelompok para siswa dapat mengadakan ubungan dan memperoleh informasi, tanggapan serta berbagai pendapat yang timbul selama berinteraksi. Suasana yang timbul dalam kelompok merupakan media positif untuk mengambangkan pribadi seseorang. Dalam suatu kelompok para anggotanya harus saling menghargai, saling mengendalikan diri serta tenggang rasa. Situasi kelompok memungkinkan terjadinya tukar pengalaman yang memberikan pengertian kepada anggota kelompok bahwa masing-masing anggota memiliki masalah, dan di dalam kelompok mereka saling membantu memahami masalah aau kesuitan secara obyektif serta mencari pemecahannya. Dengan demikian bimbingan kelompok memberikan kesempatan kepada kelompok untuk belajar yang lebih luas, baik yang berkenaan dengan self-discovery, self direction, maupun yang berkenaan dengan adjustment. Bimbingan kelompok dapat dilaksanakan dalam bentuk layanan bimbingan yang bersifat informatif, preventif sampai yang bersifat kuratif remedial. Pelaksanaan bimbingan kelompok dapat dilakukan di dalam kelas, di perpustakaan, di laboratorium di lapangan atau dimana saja atas kesepakatan anggota kelompok.
Penyelenggaraan bimbingan kelompok belajar dapat diisi dengan berbagai kegiatan sebagai berikut:
1.      Pemberian informasi.
Kegiatan pemberian informasi bertujuan untuk membantu siswa memperoleh gambarab atau pemahaman tentang suatu  masalah. Seringkali kita jumpai para siswa melakukan suatu kesalahan sehingga mengalami kesulitan karena kurangnya informasi misalnya akibat kurang informasi siswa dapat salah dalam mengerjakan tugas, salah didalam belajar, salah didalam memilih jurusan atau program studi. Informasi merupakan suatau yang penting, oleh karena itu guru harus berusaha memberikan berbagai informasi yang dapat membantu siswa memperlancar kegiatan belajarnya. Beberapa informasi yang diperlukan siswa dalam rangka meningkatkan prestasi belajar adalah:
a.       Cara belajar yang efektif,
b.      Cara belajar dan bekerja kelompok,
c.       Cara mempelajari buku,
d.      Cara mengerjakan tugas,
e.       Cara membuat karangan atau laporan
f.       Cara membagi waktu dan mengisi waktu senggang
g.      Informasi tentang kurikulum dan lanjutan studi.
Tujuan pemberian informasi ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan minat belajar para siswa.
2.      Home room
Kegiatan home room adalah suatu program pembimbingan siswa dengan cara menciptakan situasi atau hubungan bersifat kekeluargaan ( Nana Sy. Sukmadinata, 1977) di SLTP dan SLTA program home roo ini dikenal dengan sistem wali kelas. Dengan Program home room guru dapat lebih memahami siswa, karena terjalin hubungan yang lebih akrab antara guru atau wali kelas dengan para siswa. Dengan demikian guru mengetahui kebutuhan dan kesulitan yang dialami siswa. Pelaksanaan program home room ada dua macam yaitu home room dengan kelompok tetap dan home room dengan kelompok bertukar. Home room dengan kelompok tetap adalah kegiatan pembimbingan yang dilakukan oleh wali kelas. Dalam hal ini guru yang menjadi wali kelas tersebut harus mengatur pertemuan rutin dengan para siswanya yang berlangsung dalam suasana kekeluargaan. Misalnya setiap minggu diadakan pertemuan antara wali kelas dengan siswa dimana para siswa dapat mengutarakan kesulitannya, pendapatnya, rencana kegiatannya dan wali kelas membantu memberi pertimbangan atau jalan keluarnya. Home room dengan kelompok bertukar adalah suatu pembimbingan yang dilakukan oleh guru home room secara bergilir sesuai dengan kebutuhan siswa. Jadi dalam home room dengan kelompok bertukar ini guru home room harus khusus artinya memiliki pengetahuan, informasi dan keterampilan yang cukup sesuai dengan spesialisasinya. Bantuan yang diberikan dalam kegiatan home room antara lain:

a.       Kebiasaan sehari-hari tentang belajar, bekerja
b.      Cara-cara belajar seperti cara mempelajari buku, membuat rangkuman, karangan membaca kamus
c.       Masalah kelanjutan studi, pekerjaan, cita-cita.
Guru yang menjalankan program homeroom ini adalah guru yang benar-benar sudah matang dan  harus bisa memahami dan jujur dengan murid-murid disamping memahami perkembangan diri murid dengan baik.
Tujuan Homeroom berpusat kepada siswa yang bermasalah dan dilaksanakan dengan tujuan untuk memberi ruang atau membuka hubungan antara guru dengan murid di luar hubungan yang berkaitan dengan akademik. Dalam hal ini yang diutamakan adalah perkembangan dan pertumbuhan diri murid dengan memberikan peluang kepada individu (murid) untuk mau membuka isi hati mereka (terbuka) dan lebih dekat (akrab) dengan guru (Ada seorang dewasa yang boleh didekati dan dijadikan tempat untuk meluapkan perasan, pengharapan, motivator yang baik).
Di bawah ini merupakan contoh dari beberapa aktivitas yang dapat dilakukan seorang guru kepada muridnya ketika melaksanakan program homeroom, yaitu :
1.    Mengenali potensi murid.
2.    Focus kepada potensi murid yang dapat ditingkatkan dan difungsikan secara tepat.
3.    Membantu murid dalam meningkatkan potensinya.
4.    Memberikan peluang kepada murid agar murid mendapatkan pengalaman sebagai individu yang berguna dan dapat mencapai perkembangan diri yang optimal..
5.    Mengarahkan murid ke arah yang lebih baik agar murid dapat memahami dan menjalani hubungan yang baik antar individu dengan individu, maupun individu dengan kelompok.
Homeroom dilaksanakan pada saat peserta didik membutuhkan / memerlukan bantuan dalam memecahkan dan menyelesaikan masalahnya sendiri melalui media kelompok dengan suasana kekeluargaan.
Program ini dilaksanakan di luar jam pelajaran dengan menciptakan kondisi sekolah atau kelas seperti di rumah sehingga tercipta kondisi yang bebas dan menyenangkan. Dengan kondisi tersebut siswa dapat mengutarakan perasaannya seperti di rumah sehingga timbul suasana keakraban.
3.      Diskusi
Diskusi adalah kegiatan untuk bertukar pendapat tentang suatu melalui percakapan lisan. Kegiatan diskusi tepat untuk pemecahan masalah, karena dengan diskusi dapat diperoleh suatu keputusan sebagai hasil kegiatan kelompok. Apabila kegiatan diskusi bertujuan memecahkan masalah, maka tugas para peserta diskusi adalah mengadakan perumusan yang sistematis dengan menganalisis dan mengambil kemungkinan pemecahan yang dapat disetujui oleh semua anggota. Selain untuk pemecahan masalah kegiatan diskusi dapat pula untuk pencerahan atau memperjelas suatu masalah dengan cara bertukar pikiran dan bertukar informasi antar peserta. Agar kegiatan diskusi dapat berhasil diperlukan sikap yang obyektif dan sikap saling menghargai antar pribadi orang lain dari para peserta diskusi. Oleh karena itu guru pembimbing harus selalu memberi dorongan agar dalam diskusi dapat berlangsung pembicaraan yang demokratis serta menciptakan suasana yang memungkinkan intraksi yang bebas, kreatif, dan kritis. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan diskusi adalah:
a.       Peserta diskusi terdiri atas pimpinan, sekretaris, dan anggota yang mempunyai tugas masing-masing. Tugas pimpinan diskusi adalah mempersiapkan pelaksanaan diskusi, mengefektifkan jalannya diskusi, melindungi hak anggota untuk menyampaikan pendapatnya, dan mengakhiri diskusi. Tugas sekretaris adalah mencatat jalannya diskusi, mencatat pendapat, usul, dan keputusan yang diambil dalam diskusi. Tugas anggota adalah berpartisipasi dalam memecahkan masalah dengan cara mengutarakan pendapat, meminta keterangan, mengajukan usul-usul.
b.      Menjaga diskusi untuk berada pokok permasalahan, artinya jangan sampai pembahasan menyimpang dari permasalahannya.
c.       Hasil diskusi harus merupakan perumusan bersama
d.      Selesai diskusi harus dibuat laporan
Kelebihan dalam diskusi sebagai bentuk pendekatan dalam bimbingan kelompok adalah:
a.       Diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif, khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
b.      Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
c.       Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal.
d.      Diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
e.       Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan brbagai jalan,tidak hanya satu jalan.
f.       Melalui diskusi, masalah diselesaikan dengan keputusan bersama.
g.      Dengan adanya interaksi bertukar pikiran antara peserta,tentu akan memperluas wawasan.
h.      Terjadi komunikasi dua arah dalam diskusi tersebut,sehingga seluruh peserta diskusi dapat aktif.
i.        Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.
j.        Siswa dapat belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-temannya.
k.      Membina suatu perasaan tanggung jawab mengenai suatu pendapat, kesimpulan, atau keputusan yang akan atau telah diambil.
l.        Mendidik anak untuk berpikir matang sebelum berbicara atau tidak asal bicara.
4.      Belajar dan bekerja kelompok
Belajar kelompok dan bekerja kelompok adalah suatu kegiatan menyelesaikan tugas yang dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok individu. Dalam belajar kelompok siswa diarahkan untuk melakukan kegiatan belajar dengan mengolah, menganalisis, mensintesis dan memecahkan masalah secara bersama oleh kelompok. Antara belajar kelompok dengan bekerja kelompok perbedaannya terletak hanya pada apa yang menjadi tugas kelompok. Dalam bekerja kelompok tugas yang harus diselesaikan bukan mengolah pelajaran tetapi menyelesaikan suatu tugas pekerjaan misalnya membuat taplak meja, memasak,merencanakan karya wisata. Kegiatan belajar kelompok ataupun bekerja kelompok mempunyai nilai-nilai positif karena dalam kegiatan kelompok terjadi ineraksi sosial yang di dalammya mengandung nilai psikologis, paedagogis, dan didaktis. Nilai psikologis artinya adalah situasi saling mempengaruhi antara individu dengan kelompoknya atau sebaliknya. Pengaruh tersebut bersifat konstruktif misalnya: dalam suatu kelompoknya terdapat seorang anggota yang pandai dengan pola pikir yang bagus, kritis, pandai mengutarakan pendapat, maka sikap tersebut akan menjadi contoh yang akan mempengaruhi anggota kelompok yang lain, sehingga secara bertahap semua anggota kelompok akan menirunya. Sedangkan nilai paedagogis dari kegiatan kelompok adalah meningkatkan perkembangan kepribadian seluruh anggota kelompok karena di dalam kelompok mereka masing-masing anggota berusaha mengutarakan pendapat tanpa malu-malu. Dalam kegiatan kelompok mereka dilatih bekerja sama, ha ini akan memupuk rasa kebersatuan sehingga siswa tidak egois. Selanjutnya nilai didaktis di dalam kegiatan kelompok adalah terjadinya interaksi belajar mengajar antar anggota, karena anggota yang menguasai bahan belajar menerangkan kepada anggota yang lain.
5.      Karyawisata
Karyawisata merupakan usaha menyempurnakan dan melengkapi pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas dengan hal-hal yang praktis dan realistis. Obyek karyawisata harus dipilih yang dapat menambah pegetahuan da pengalaman bagi siswa terutama untuk mendalami atau memperjelas materi pengajaran serta memberi dorongan kepada siswa untuk belajar lebih giat. Rangkaian kegiatan karyawisata terbagi dalam tiga tahap persiapan, tahap pelaksanaan karyawisata, dan kegiatan pengelolaan hasil karyawisata. Untuk memperjelas uraian diatas, Nana Sy. Sukmadinata (1997) lebih lanjut mengemukakan beberapa tujuan karyawisata yaitu:
a.       Melengkapi dan menyempurnakan pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas dengan hal-hal yang lebih praktis dan realistis
b.      Mengembangkan apresiasi siswa baik terhadap lingkungan alam, lingkungan sosial. Maupun lingkungan pekerjaan dan industri.
c.       Memberikan latihan tertentu.
d.      Mengembangkan rasa sosial diantara siswa dengan teman-temannya maupun orang lain.
e.       Memberikan latihan betanggung jawab, latihan memimpin dan dipimpin, mengembangkan kepercayaan diri sendiri, saling membantu dan menyesuaikan diri.
Manfaat karyawisata sebagai pendekatan dalam bimbingan belajar antara lain:
a.       Individu dapat berpartisispasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para petugas pada obyek karya wisata itu, serta mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan mereka.
b.      informasi yang pertama untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapi, sehingga mungkin mereka menemukan bukti kebenaran teorinya, atau mencobakan teorinya ke dalam praktik, sehingga membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
c.       Dengan obyek yang ditinjau itu individu dapat memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi, tidak terpisah-pisah dan terpadu, sehingga individu dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
d.      Verbalisme dapat dilenyapkan. Individu tidak hanya berkembang dalam segi kognitif, tetapi aspek afektif dan psikomotornya juga dapat berkembang secara optimal.
e.       Para individu dapat belajar bagaimana cara-cara melakukan observasi, membuat laporan dan melakukan diskusi kelompok yang baik dan benar.
Dengan demikian kegiatan karyawisata tidak hanya menambah pengetahuan dan pengajaran saja, tetapi juga mempunyai nilai pembinaan pribadi yang sangat bermanfaat bagi siswa.
6.      Pengajaran remedial
Pengajaran remidial atau remidial teaching merupakan suatu usaha bimbingan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai bahan penajaran. Pengajaran remidial dilakukan setelah diadakan kegiatan diagnosis kesulitan belajar. Pengajaran remidial dilaksakan dengan bermacam-macam teknik misalnya mengulangi pelajaran, belajar kelompok, memberi tugas-tugas.
Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Remedial
Setelah diketahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, langkah berikutnya adalah memberikan perlakuan berupa pembelajaran remedial. Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain:
a.       Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda. Pembelajaran ulang dapat disampaikan dengan cara penyederhanaan materi,variasi cara penyajian, penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran ulangdilakukan bilamana sebagian besar atau semua peserta didik belum mencapaiketuntasan belajar atau mengalami kesulitan belajar. Pendidik perlumemberikan penjelasan kembali dengan menggunakan metode dan/ataumedia yang lebih tepat.
b.      Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan. Dalam hal pembelajaran klasikal peserta didik mengalami kesulitan,perlu dipilih alternatif tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara individual.Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peranpendidik sebagaitutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana terdapat satu atau beberapapeserta didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan.
c.       Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perludiperbanyak agar peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakantes akhir. Peserta didik perlu diberi latihan intensif (drill) untuk membantu menguasai kompetensi yang ditetapkan.
d.      Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki kecepatan belajar lebih.Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan tutorial kepada rekannya yang mengalami kelambatan belajar. Dengan teman sebaya diharapkan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka dan akrab.
















DAFTAR PUSTAKA

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "