MISKONSEPSI (KESALAHPAHAMAN) DALAM BIMBINGAN DAN
KONSELING KELOMPOK
Dalam bimbingan dan konseling kelompok dengan sengaja
ditumbuhkembangkan;yang semula masih kurang kuat,atau bahkan belum ada sama
sekali,ditumbuhkan dan dikembangkan sehingga menjadi kuat. Lebih
lanjut,dinamika kelompok ini dimaksudkan untuk
mencapai tujuan – tujuan bimbingan dan konseling.
Namun dalam perkembangan nya,bimbingan kelompok sering diartikan secara
sempit dan sederhana,yang terkadang justru sering kali tidak ada kaitan nya
dengan makna dan tujuan dari bimbingan dan konseling kelompok yaang sebenarnya.
Beberapa kesalahpahaman masih terus tumbuh dan berkembang pada kalangan
awam yang bergerak dalam bidang layanan bimbingan dan konseling.
Bimbingan
dan konseling kelompok sering kali di artikan sebagai salah satu
upaya untuk membimbing kelompok-kelompok siswa agar kelompok itu menjadi lebih
kuat dan mandiri.
Dari satu segi memang dibenarkan banwa di lingkungan pendidikan kusus nya
di sekolah, perlu dibentuk kelompok-kelompok siswa yang kuat dan mandiri agar
kelompok-kelompok itu dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu
.
Namun, yang
perlu digaris bawahi adalah bahwa kegiatan membimbing kelompok seperti itu
tidak dapat dikategorikan kedalam bimbingan kelompok.
Kesalahpahaman menurut Prayitno (1995 :61-64) :
1.
Kerancuan antara “bimbingan
kelompok” dengan “membimbing kelompok”
Bimbingan kelompok sering diartikan sebagai usahsa membimnbing kelompok
klien(dalam hal ini siswa) agar kelompok yang dibimbing menjadi lebih kokoh dan
mandiri. Misalkan membimbing kelompok belajar yang awalnya renggang dan
bergantung pada kelompok lain dan menjadikannya kelompok belajar yang lebih
kokoh dan tidak terlalu bergantung dengan kelompok belajar yang lain. Dari satu
segi,memang sangat dibenarkan bahwa di sekolah menang perlu diadakan atau
dibentuk kelompok siswa yang kokoh dan mandiri agar kelompok yang sengaja
dibentuk itu,dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan tertentu. Kelompok sains
club,IT-club,language club,atau pun social
club,atau pun kelompok-kelompok lainnya,semuanya perlu dibentuk menjadi
lebih kuat agar masing-masing kelompok itiu dapat melaksanakan kegiatannya dan
mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Guru pembimbing memang perlu andil
dalam membimbing kelompok agar menjadi yang terbaik. Namun,yang perlu dicatat
adalah bahwa kegiata membimbing kelompok seperti itu tidak dikategorikan ke
dalam “bimbingan kelompok” sebagai salah satu layanan bimbingn dan konseling.
“membimbing suatu kelompok” atau “bimbingan suatu kelompok” tidak sama dengan
“bimbingan kelompok”. Membimbing kelompok berarti “membesarkan kelompok”.
Sedangkan “bimbingan kelompok” sama arti nya dengan memanfaatkan potensi dan
dinamika untuk mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan dari layanan bimbingan
dan konseling. Bimbingan kelompok lebih merupakan usaha bimbingan yang
diberikan kepada individu melalui kelompok-kelompok.
2.
Bimbingan kelompok disamakan saja kegiatan kelompok.
“Bimbingan kelompok” sering juga diartikan sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan dalam,oleh dan untuk kelompok yang bersangkutan. Kegiatan IT-club
misalnya,adalah benar bahwa IT-club dilakukan bersama oleh sekelompok
orang;banyak unsure kebersamaan yang ada pada kegiatan IT-club tersebut. Dari
segi tujuannya,juga benar bahwa kegiatan IT-club dapat memberikan dampak
positif bagi para anggotanya(yaitu dapat meningkatkan kemampuan menggunakan
tehnologi terapan yang paing terbaru).Namun demikian,kegiatan IT-club belum
dapat dikategorikan sebagai bimbingan atau konseling kelompok
apabila dinamika kelompok yang terkandung dalam kegiatan IT-club
tidak ditumbulkan dengan sengaja dalam dan dikendalikan cermat oleh pemimpin
kelompok yang yang berperan sebagai pemimpin untuk kepentingan orang-orang yang
menjadi peserta kegiatan itu.
3. Bimbingan
kelompok disamakan saja dengan diskusi.
Kegiatan diskusi dianggap
sebagai bimbingan kelompok. Memang benar kegiatan diskusi adalah
kegiatan kelompok dan tujuan diskusi adalah memecahkan suatu masalah tertentu
dan dibenarkan juga bahwa dalam diskusi para pesertanya berkemungkinan lebih
pandai berargumentasi,berani mengemukan pendapat,dan lain sebagainya. Akan
tetapi,dalam forum diskusi bebas,sering kali suasana berkembang menjadi panas
saling mementingkan ego masing-masing. Kegiatan diskusi pun tidak selalu
menjadi atau tidak dengan sendirinya menjadi kegiatan bimbingan kelompok.
Hal-hal seperti
itulah yang justru bertentangan dengan tujuan bimbinga dan konseling,dan hal
itu tidak mungkin terjadi dalam suatu kegiatan bimbingan kelompok atau
konseling kelompok yang dikelola dengan baik.
4. Bimbingan
kelompok membahas masalah yang sama?
Bimbingan kelompok sering kali dianggap sebagai kegiatan bimbingan yang
diberikan kepada sekelompok siswa yang mengalami masalah yang sama. Pada hal
perlu diingat,dalam konteks bimbingan dan konseling,setiap masalah adalah unik.
Dan oleh karena itu juga,setiap masalah harus didekati dari sudut keunikannya.
Menganggap semua masalah yang dialami individu adalah sama,sudah pasti tidak
selaras dengan orientasi keunikan individual dalam pelayanan bimbingan dan
konseling.
Satu hal
mendasar yang perlu dipertanyakan adalah,sampai seberapa jauhkah dinamika
kelompok di kembankan dan di kendalikan dalam suatu kegiatan-kegiatan tertentu.
Misalkan mengenai penerangan tentang akibat adanya pergaulan bebas pada
remaja-remaja masa kini,upaya pengurangan kegiatan mencontek,dan latihan
mengerjakan soal-soal.Namun apabila dinamika kelompok yang dikembangkan kurang
tepat,maka boleh jadi kegiatan-kegiatan tersebut tidak ada bedanya dengan
kegiatan pengajaran atau latihan,dan bahkan lebih tepat nya disebut dengan
layanan informasi.
5. Bimbingan
kelompok di fokuskan pada pemberian informasi.
Bimbingan kelompok,sering kali difokuskan pada pemberian layanan
informasi kepada sekelompok individu/klien/siswa. Lebih parahnya lagi,pandangan
semacam ini banyak dianut oleh orang yang tidak begitu awam dengan bimbingan
konseling.
Statement(anggapan)
hampir sama dengan kesalahpahaman yang keempat tadi,yang tidak mempersoalkan
pengembangan dan pengendalian dinamika kelompok dalam kelompok-kelompok
tertentu,dan yang terbentuk hanyalah wadah pemberian layanan informasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Prayitno. 1995. “Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan
Profil)” Jakarta: Ghalia Indonesia.