Kamis, 24 April 2014

makalah latihan empati perasaan, pikiran dan empati intelektual



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Karena masih banyak saudara kita yang membutuhkan perhatian dan bantuan secara material dari kita sebagai orang yang lebih mampu. Maka kita wajib berempati terhadap mereka. Empati adalah kemampuan seseorang untuk merasakan keadaan emosional orang lain, merasa simpatik dan mencoba menyelesaikan masalah, dan mengambil perspektif orang lain. Tugas empati ini bertujuan agar kita semua dapat berempati terhadap sesama. Dalam kegiatan ini, saya beserta teman-teman melakukan kunjungan serta wawancara terhadap beberapa orang yang kurang mampu. Melalui mereka, saya dan teman- teman dapat belajar bahwa di sekitar kita masih banyak orang yang kekurangan dan membutuhkan uluran tangan dari kita semua. Dalam berempati kita mengalami berbagai masalah serta rintangan. Tapi itu membuat kita lebih dewasa untuk meihat secara nyata tentang penderitaan mereka. Makalah ini juga dilatarbelakangi kurangnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sekitar. Makalah ini menyadarkan akan pentingnya mereka serta mengajak semua orang mempedulikan mereka dan membuat kita lebih bersyukur

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1.      Apa pengertian empati ?
2.      Bagaimana melatih empati perasaan, pikiran, dan empati intelektual ?
C. TUJUAN
Dari perumusaan masalah diatas maka, makalah ini memiliki beberapa tujuan yakni :
1.      Untuk mengetahui pengertian empati.
2.       Untuk mengetahui cara melatih empati perasaan, pikiran, dan empati intelektual.







BAB II
PEMBAHASAN
A.KONSEP EMPATI
      Empati berasal dari bahasa Yunani yaitu Emphatia yang berarti gairah atau ketertarikan fisik yang mengacu pada kemampuan pikiran, emosi, niat dan ciri-ciri kepribadian dari orang lain dan memahami apa yang diinginkan.                
      Empati mencakup respon tersendiri terhadap perasaan orang lain, seperti rasa kasihan, kesedihan, rasa sakit. Empati memainkan peranan penting dalam berbagai bidang ilmu, kriminologi dari psikologi, fisiologi, pedagogi, filsafat, kedokteran dan psikiatri. Dalam empati terdapat rasa keterlibatan emosional seseorang dalam realitas yang mempengaruhi orang lain.
 Empati adalah mengerti dan dapat merasakan perasaan dan pikiran orang lain (klien). Empati ini akan lebih lengkap jika diiringi oleh pengertian dan penerimaan konselor tentang kondisi klien pada umumnya. Kuat-lemahnya empati itu tergantung pada saling pengertian dan penerimaan terhadap suasana pembicaraan/ penampilan klien. Suasana empati yang dalam dapat dirasakan baik oleh klien maupun konselor sendiri.

B. LATIHAN EMPATI PERASAAN, PIKIRAN, DAN EMPATI INTELEKTUAL
 Konselor harus mampu membawa perasaan dan mengungkapnya hingga ke bagian dalam klien agar si klien lebih terbuka dan dapat diterima sebagai konseli. Dengan begitu klien bisa secara baik mengungkapkan apa yang dia rasakan oleh klien. Latihan berempati melibatkan kemampuan memasuki dunia konseli melalui ungkapan-ungkapan empati yang sekiranya dapat menyentuh perasaan dan memperlihatkan pada konseli akan kepedulian kita pada mereka. Kemampuan melakukan empati akan membuat konseli bersikap terbuka. Dengan demikian, konseli akan bersedia mengungkapkan dunia dalam dirinya dengan cara yang jauh lebih baik. Dunia dalam diri ini dapat berbentuk isi pikiran, emosi, maupun pengalaman hidupnya yang tersembunyi; dan bahkan sisi kelam dalam dirinya. Apabila klien merasa bahwa konselor tidak ber-empati terhadap suasana perasaan dan pikiran klien maka klien akan merasa tidak nyaman, merasa tidak diperhatikan dan tidak diterima oleh konselor.
Ada dua langkah penting untuk memahami emosi klien melalui empati, Yaitu :   Pertama secara tepat merasakan dunia klien melalui perilakunya. Yang kedua adalah secara verbal konselor berbagi pengalaman dengan klien. Dan jika ingin tahu bagaimana tebakan tentang emosi klien itu benar dan jitu. Yaitu jika klien tersebut berkata “yah, itu yang saya maksud. Jadi dengan demikian untuk dapat memahami emosi klien, seorang konselor harus melewati empati. Termasuk di dalamnya empati dengan cara masuk langsung ke dunia klien melalui perilakunya. Seperti misalnya konselor melihat perilaku klien saat memberikan wawancara. Dengan demikian akan memudahkan konselor ikut dalam pikiran klien. Yang kedua adalah mengikuti alur yang dikatakan klien (verbal klien). Jika klien merasa sedih dan mimiknya juga sedih maka konselor juga harus demikian. Jangan sampai jika klien mengatakan atau menceritakan pengalamannya yang sedih, lalu konselor tersenyum atau tertawa. Hal ini tidak akan membuat klien nyaman.
 Di dalam empati, seorang konselor harus dapat merasakan apa yang dirasakan oleh klien. Untuk mencapai tujuan tersebut, latihan empati merupakan latihan terpenting untuk membina kepribadian konselor agar mampu berkomunikasi dengan klien dan dapat merasakan apa yang dirasakan klien. Konselor harus dapat merasakan apa yang dirasakan, dipikirkan, dan dialami klien.
 Untuk dapat merasakan apa yang dirasakan, dipikirkan, dan dialami klien, seorang konselor haruslah berusaha:
a.       Melihat kerangka rujukan dunia-dalam klien (internal frame of reference) atau kehidupan internal klien.
b.      Menempatkan diri ke dalam kerangka persepsi internal klien.
c.       Merasakan apa yang dirasakan klien.
d.      Berpikir bersama klien, bukan berpikir tentang atau untuk klien.
e.       Menjadi kaca emosional/cermin perasaan klien (emotional mirror).
 Keberhasilan empati adalah jika klien dapat memahami empati konselor, sehingga dia percaya diri untuk mengembangkan diri dan memecahkan masalahnya.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
 Empati adalah mengerti dan dapat merasakan perasaan dan pikiran orang lain (klien). Empati ini akan lebih lengkap jika diiringi oleh pengertian dan penerimaan konselor tentang kondisi klien pada umumnya. Kuat-lemahnya empati itu tergantung pada saling pengertian dan penerimaan terhadap suasana pembicaraan/ penampilan klien. Suasana empati yang dalam dapat dirasakan baik oleh klien maupun konselor sendiri.
      Latihan berempati melibatkan kemampuan memasuki dunia konseli melalui ungkapan-ungkapan empati yang sekiranya dapat menyentuh perasaan dan memperlihatkan pada konseli akan kepedulian kita pada mereka. Kemampuan melakukan empati akan membuat konseli bersikap terbuka. Dengan demikian, konseli akan bersedia mengungkapkan dunia dalam dirinya dengan cara yang jauh lebih baik.
SARAN
 Dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Minggu, 20 April 2014

makalah sikap dan empati guru terhadap siswa



BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Guru merupakan sosok yang begitu dihormati lantaran memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.
Minat, bakat, kemampuan, dan potensi peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual. Tugas guru tidak hanya mengajar, namun juga mendidik, mengasuh, membimbing, dan membentuk kepribadian siswa guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM).                
Dunia pendidikan yang harusnya penuh dengan kasih sayang, tempat untuk belajar tentang moral, budi pekerti justru sekarang ini dekat dengan tindak kekarasan dan asusila. Dunia yang seharusnya mencerminkan sikap-sikap intelektual, budi pekerti, dan menjunjung tinggi nilai moral, justru telah dicoreng oleh segelintir oknum pendidik (guru) yang tidak bertanggung jawab. Realitas ini mengandung pesan bahwa dunia guru harus segera melakukan evaluasi ke dalam. Sepertinya, sudah waktunya untuk melakukan pelurusan kembali atas pemahaman dalam memposisikan profesi guru.            
Kesalahan guru dalam memahami profesinya akan mengakibatkan bergesernya fungsi guru secara perlahan-lahan. Pergeseran ini telah menyebabkan dua pihak yang tadinya sama-sama membawa kepentingan dan salng membutuhkan, yakni guru dan siswa, menjadi tidak lagi saling membutuhkan. Akibatnya suasana belajar sangat memberatkan, membosankan, dan jauh dari suasana yang membahagiakan. Dari sinilah konflik demi konflik muncul sehingga pihak-pihak didalamnya mudah frustasi lantas mudah melampiaskan kegundahan dengan cara-cara yang tidak benar.        
Untuk itulah makalah ini kami susun sebagai bahan kajian bagi guru atau pendidik agar dapat berperilaku dan bersikap profesional serta berempati terhadap siswa dalam menjalankan tugas mulia ini.         


B.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka permasalahan yang hendak dikaji adalah:
1.Apa pengertian sikap dan empati ?
2.Bagaimana sikap dan empati guru terhadap siswa ?
C.TUJUAN
Tujuan penyusunan makalah ini adalah :
1.Untuk mengetahui pengertian sikap dan empati.
2.Untuk mengetahui bagaimana sikap dan empati guru professional terhadap siswa.
           














BAB II
PEMBAHASAN
1.KONSEP SIKAP DAN EMPATI
1.1..Konsep Sikap
Thursthoen dalam Walgito (1990: 108) menjelaskan bahwa, sikap adalah gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek. Berkowitz, dalam Azwar (2000:5) menerangkan sikap seseorang pada suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakan atau menjauhi/menghindari sesuatu.
Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa sikap adalah kecenderungan, pandangan, pendapat atau pendirian seseorang untuk menilai suatu objek atau persoalan dan bertindak sesuai dengan penilaiannya dengan menyadari perasaan positif dan negatif dalam menghadapi suatu objek.
1.2.Konsep Empati
Menurut KBBI, empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang mengidentifikasi atau merasa dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.   
            Sedangkan Eileen R. dan Sylvina S (Kompas, 18 Nop.2006) menjelaskan bahwa empati adalah kegiatan berpikir individu mengenai “rasa” yang dia hasilkan ketika berhubungan dengan orang lain.
Menurut Bullmer, empati adalah suatu proses ketika seseorang merasakan perasaan orang lain dan menangkap arti perasaan itu, kemudian mengkomunikasikannya dengan kepekaan sedemikian rupa hingga menunjukkan bahwa ia sungguh-sungguh mengerti perasaan orang lain itu.


2.SIKAP DAN EMPATI GURU TERHADAP SISWA
2.1.Sikap Guru Terhadap Siswa
            Sebagai guru hendaknya memiliki sikap, sebagai berikut :
a.       Memiliki sikap jujur
Jujur diartikan sebagai mengatakan sesuatu yang sebenar-benarnya. Memiliki sikap terbuka. Keterbukaan mengandung makna bahwa seseorang hendaknya menunjukan keterbukaan kepada orang lain. Keterbukaan diri seorang guru dan siswa dapat memperlancar timbulnya suasana saling mempercayai.
b.      Berfikir positif
Berfikir positif merupakan satu kesatuan cara berfikir sehat yang menyeluruh sifatnya, karena mengandung gerak maju yang penuh dengan daya cipta terhadap unsur-unsur yang nyata dalam kehidupan manusia.
c.       Memiliki Rasa Empati
Empati merupakan kekuatan untuk mengerti pikiran dan perasaan orang lain. Empati ini sebagai cara yang pokok kearah pemahaman dari orang lain. Jika seseorang memasuki kerangka berfikir (cara berfikir) orang lain, menempatkan dirinya kedalam dunia orang lain, maka dapat dikatakan orang tersebut telah mengadakan empati kepada orang lain.
d.      Berfikir Hangat
                        Kehangatan merupakan suatu suasana penuh persahabatan dan penuh         perhatian yang ditunjukkan dengan ekspresi non verbal, seperti senyum ,     kontak mata, dan berbagai ekspresi non verbal lainnya yang menunjukkan      adanya perhatian kepada orang lain.
e.       Bersikap Peduli
            Kepedulian merupakan istilah yang amat dekat dengan kehangatan, tetapi memiliki tingkat emosional yang lebih mendalam. Jadi pada aspek ini seorang pembimbing dituntut mampu menunjukkan ekspresi non verbal kepada siswa yang dapat menumbuhkan rasa aman, tenteram, penuh kekeluargaan, sehingga siswa merasa betah dengan guru.
f.       Dapat dipercaya
            Guru adalah model, teladan bagi para siswanya. Karena itu guru harus dapat dipercaya  oleh murid-muridnya. Guru dapat ditiru dan digugu. Segala ucapan dan tindakan guru menjadi perhatian oleh siswa. Perhatian ini akan menimbulkan sikap percaya atau tidak percaya oleh siswa. Kejujuran menjadi hal utama untuk menimbulkan kepercayaan siswa pada guru.
g.      Sikap rendah hati
       Sikap rendah hati yaitu sikap yang mampu menerima kritik serta saran dari orang lain. Tidak menyombongkan diri adalah sikap yang mencerminkan rendah hati.
h.      Ramah
            Sikap ramah ( tidak berpura-pura) menjadi modal penting bagi guru. Ramah adalah sikap suka bergaul dan menyenangkan dalam pergaulan, baik hati, menarik budi bahasanya dan suka bercakap-cakap.
i.        Sabar
            Sabar adalah "sikap yang tahan menghadapi percobaan ( tidak lekas  marah, tidak lekas putus asa, tidak cepat patah hati, tidak tergesa-gesa, tidak terburu nafsu, bersikap tenang ( Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1988:763).
j.        Pribadi yang menarik
            Guru pasti berhadapan dengan banyak siswa. Diantara siswa yang dilayani memiliki karakter yang beragam. Agar dapat memuaskan semua siswa yang dilayani, guru dalam perannya hendaknya memiliki kepribadian yang menarik. Indikator kepribadian yang menarik adalah, luwes (tidak kaku), simpatik, empatik, peka, memiliki kepedulian yang tinggi.

Anak didik senang dengan sikap dan perilaku yang baik yang diperlihatkan oleh guru. Seperti dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah (1994: 61), Freud W, Hart telah melakukan penelitian terhadap 3.725 orang anak didik HIG HTS School di Amerika Serikat. Dari hasil penelitiannya itu, dia menyimpulkan dengan mengemukakan sepuluh sikap yang baik dan disenangi siswa adalah sebagai berikut :
1.      Suka menolong pekerjaan sekolah dan menerangkan pelajaran dengan jelas dan mendalam serta menggunakan contoh-contoh yang baik dalam mengajar.
2.      Periang dan gembira, memiliki perasaan humor dan suka menerima lelucon atas dirinya.
3.      Bersikap bersahabat, merasa sebagai seorang anggota dalam kelompok kelas.
4.      Menaruh perhatian dan memahami anak didiknya.
5.      Berusaha agar pekerjaan menarik, dapat membangkitkan keinginan-keinginan bekerja sama dengan anak didik.
6.      Tegas, sanggup menguasai kelas dan dapat membangkitkan rasa hormat pada anak didik.
7.      Tidak ada yang lebih disenangi, tak pilih kasih, dan tak ada anak emas atau anak tiri.
8.      Tidak suka mengomel, mencela, dan sarkastis.
9.      Anak didik benar-benar merasakan bahwa ia mendapatkan sesuatu dari guru.
10.   Mempunyai pribadi yang dapat diambil contoh dari pihak anak didik dan masyarakat lingkungannya.

2.2.Empati Guru Terhadap Siswa
Empati guru terhadap siswa berkaitan dengan banyak hal, seperti pikiran, kepercayaan, dan keinginan guru berhubungan dengan perasaan siswanya. Guru yang berempati akan mampu mengetahui pikiran dan keadaan jiwa atau suasana hati (mood) siswanya. Karenanya, empati sering dianggap sebagai semacam resonansi perasaan. Dari perspektif lain dapat dirumuskan definisi seperti berikut ini. Pertama, empati adalah kemampuan guru menyelami perasaan siswanya tanpa harus tenggelam ke dalam diri siswa itu. Kedua, empati adalah kemampuan guru mendengarkan perasaan siswanya tanpa harus larut pada kondisi siswanya. Ketiga, empati adalah kemampuan guru melakukan respon atas keinginan siswanya yang tidak terucap.

Contoh Merespon Dengan Empati :
·      Saya paham keyakinan Anda dan saya akan membantu memperlancar Anda mewujudkannya, meski saya berbeda pendapat dalam hal itu.
·      Saya ikut merasakan keluhan Anda atas rencana penerapan pendekatan berprestasi dalam penggajian. Ketika Anda berusaha menolaknya, saya akan ikut berargumentasi, namun kalau Anda ada sendiri mengalami kesulitan mengikuti kebijakan itu, saya pun akan membantu Anda menjelaskannya.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sikap adalah kecenderungan, pandangan, pendapat atau pendirian seseorang untuk menilai suatu objek atau persoalan dan bertindak sesuai dengan penilaiannya dengan menyadari perasaan positif dan negatif dalam menghadapi suatu objek. Empati adalah suatu proses ketika seseorang merasakan perasaan orang lain dan menangkap arti perasaan itu. Sikap dan perilaku guru yang profesional adalah mampu menjadi teladan bagi para peserta didik, mampu mengembangkan kompetensi dalam dirinya, dan mampu mengembangkan potensi para peserta didik.
SARAN
Para pendidik, calon pendidik, dan pihak-pihak yang terkait hendaknya mulai memahami, menerapkan, dan mengembangkan sikap-sikap serta perilaku dalam dunia pendidikan melalui teladan baik dalam pikiran, ucapan, dan tindakan.

DAFTAR PUSTAKA

http:// www.yudhim.blogspot.com/.../sikap-dan-perilaku-guru-yang-professional.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.





You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "