BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Karena
masih banyak saudara kita yang membutuhkan perhatian dan bantuan secara
material dari kita sebagai orang yang lebih mampu. Maka kita wajib berempati
terhadap mereka. Empati adalah kemampuan seseorang untuk merasakan keadaan
emosional orang lain, merasa simpatik dan mencoba menyelesaikan masalah, dan
mengambil perspektif orang lain. Tugas empati ini bertujuan agar kita semua
dapat berempati terhadap sesama. Dalam kegiatan ini, saya beserta teman-teman
melakukan kunjungan serta wawancara terhadap beberapa orang yang kurang mampu.
Melalui mereka, saya dan teman- teman dapat belajar bahwa di sekitar kita masih
banyak orang yang kekurangan dan membutuhkan uluran tangan dari kita semua.
Dalam berempati kita mengalami berbagai masalah serta rintangan. Tapi itu
membuat kita lebih dewasa untuk meihat secara nyata tentang penderitaan mereka.
Makalah ini juga dilatarbelakangi kurangnya kepedulian masyarakat terhadap
lingkungan sekitar. Makalah ini menyadarkan akan pentingnya mereka serta
mengajak semua orang mempedulikan mereka dan membuat kita lebih bersyukur
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun
yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1.
Apa pengertian
empati ?
2.
Bagaimana melatih
empati perasaan, pikiran, dan empati intelektual ?
C. TUJUAN
Dari perumusaan masalah diatas maka, makalah ini
memiliki beberapa tujuan yakni :
1.
Untuk
mengetahui pengertian empati.
2.
Untuk
mengetahui cara melatih empati perasaan, pikiran, dan empati intelektual.
BAB II
PEMBAHASAN
A.KONSEP EMPATI
Empati
berasal dari bahasa Yunani yaitu Emphatia yang berarti gairah atau
ketertarikan fisik yang mengacu pada kemampuan pikiran, emosi, niat dan ciri-ciri
kepribadian dari orang lain dan memahami apa yang diinginkan.
Empati mencakup respon tersendiri terhadap perasaan orang lain, seperti rasa kasihan, kesedihan, rasa sakit. Empati memainkan peranan penting dalam berbagai bidang ilmu, kriminologi dari psikologi, fisiologi, pedagogi, filsafat, kedokteran dan psikiatri. Dalam empati terdapat rasa keterlibatan emosional seseorang dalam realitas yang mempengaruhi orang lain.
Empati mencakup respon tersendiri terhadap perasaan orang lain, seperti rasa kasihan, kesedihan, rasa sakit. Empati memainkan peranan penting dalam berbagai bidang ilmu, kriminologi dari psikologi, fisiologi, pedagogi, filsafat, kedokteran dan psikiatri. Dalam empati terdapat rasa keterlibatan emosional seseorang dalam realitas yang mempengaruhi orang lain.
Empati
adalah mengerti dan dapat merasakan perasaan dan pikiran orang lain (klien).
Empati ini akan lebih lengkap jika diiringi oleh pengertian dan penerimaan
konselor tentang kondisi klien pada umumnya. Kuat-lemahnya empati itu
tergantung pada saling pengertian dan penerimaan terhadap suasana pembicaraan/
penampilan klien. Suasana empati yang dalam dapat dirasakan baik oleh klien
maupun konselor sendiri.
B. LATIHAN EMPATI PERASAAN,
PIKIRAN, DAN EMPATI INTELEKTUAL
Konselor harus mampu membawa perasaan dan
mengungkapnya hingga ke bagian dalam klien agar si klien lebih terbuka dan
dapat diterima sebagai konseli. Dengan begitu klien bisa secara baik
mengungkapkan apa yang dia rasakan oleh klien. Latihan berempati melibatkan kemampuan
memasuki dunia konseli melalui ungkapan-ungkapan empati yang sekiranya dapat
menyentuh perasaan dan memperlihatkan pada konseli akan kepedulian kita pada
mereka. Kemampuan melakukan empati akan membuat konseli bersikap terbuka.
Dengan demikian, konseli akan bersedia mengungkapkan dunia dalam dirinya dengan
cara yang jauh lebih baik. Dunia dalam diri ini dapat berbentuk isi pikiran,
emosi, maupun pengalaman hidupnya yang tersembunyi; dan bahkan sisi kelam dalam
dirinya. Apabila klien merasa bahwa konselor tidak ber-empati terhadap suasana
perasaan dan pikiran klien maka klien akan merasa tidak nyaman, merasa tidak
diperhatikan dan tidak diterima oleh konselor.
Ada
dua langkah penting untuk memahami emosi klien melalui empati, Yaitu : Pertama secara tepat merasakan dunia klien
melalui perilakunya. Yang kedua adalah secara verbal konselor berbagi
pengalaman dengan klien. Dan jika ingin tahu bagaimana tebakan tentang emosi
klien itu benar dan jitu. Yaitu jika klien tersebut berkata “yah, itu yang saya
maksud. Jadi dengan demikian untuk dapat memahami emosi klien, seorang konselor
harus melewati empati. Termasuk di dalamnya empati dengan cara masuk langsung
ke dunia klien melalui perilakunya. Seperti misalnya konselor melihat perilaku
klien saat memberikan wawancara. Dengan demikian akan memudahkan konselor ikut
dalam pikiran klien. Yang kedua adalah mengikuti alur yang dikatakan klien
(verbal klien). Jika klien merasa sedih dan mimiknya juga sedih maka konselor
juga harus demikian. Jangan sampai jika klien mengatakan atau menceritakan
pengalamannya yang sedih, lalu konselor tersenyum atau tertawa. Hal ini tidak
akan membuat klien nyaman.
Di
dalam empati, seorang konselor harus dapat merasakan apa yang dirasakan oleh
klien. Untuk mencapai tujuan tersebut, latihan empati merupakan latihan
terpenting untuk membina kepribadian konselor agar mampu berkomunikasi dengan
klien dan dapat merasakan apa yang dirasakan klien. Konselor harus dapat
merasakan apa yang dirasakan, dipikirkan, dan dialami klien.
Untuk dapat merasakan apa yang dirasakan,
dipikirkan, dan dialami klien, seorang konselor haruslah berusaha:
a.
Melihat kerangka rujukan dunia-dalam klien (internal
frame of reference) atau kehidupan
internal klien.
b.
Menempatkan diri ke dalam kerangka persepsi internal
klien.
c.
Merasakan apa yang dirasakan klien.
d.
Berpikir bersama klien, bukan berpikir tentang atau
untuk klien.
e.
Menjadi kaca emosional/cermin perasaan klien (emotional mirror).
Keberhasilan empati adalah jika klien dapat
memahami empati konselor, sehingga dia percaya diri untuk mengembangkan diri
dan memecahkan masalahnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Empati
adalah mengerti dan dapat merasakan perasaan dan pikiran orang lain (klien).
Empati ini akan lebih lengkap jika diiringi oleh pengertian dan penerimaan
konselor tentang kondisi klien pada umumnya. Kuat-lemahnya empati itu
tergantung pada saling pengertian dan penerimaan terhadap suasana pembicaraan/
penampilan klien. Suasana empati yang dalam dapat dirasakan baik oleh klien
maupun konselor sendiri.
Latihan berempati melibatkan kemampuan
memasuki dunia konseli melalui ungkapan-ungkapan empati yang sekiranya dapat
menyentuh perasaan dan memperlihatkan pada konseli akan kepedulian kita pada
mereka. Kemampuan melakukan empati akan membuat konseli bersikap terbuka.
Dengan demikian, konseli akan bersedia mengungkapkan dunia dalam dirinya dengan
cara yang jauh lebih baik.
SARAN
Dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat saya
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.