Rabu, 18 Mei 2016

ASPEK-ASPEK KESULITAN BELAJAR


ASPEK-ASPEK KESULITAN BELAJAR

A.      Aspek Medis

Aspek medis adalah aspek jasmani atau fisiologis.

1.         Keadaaan Tonus Jasmani Pada Umumnya. Keadaaan tonus jasmani pada umumnya ini dapat dikatakan melatarbelakangi aktivitas belajar; keadaan jasmani yang kurang segar; keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya daripada yang tidak lelah. Dalam hubungan dengan hal ini ada dua hal yang perlu dikemukakan.

a.         Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah, dan sebagainya. Terlebih-lebih bagi anak-anak yang masih sangat muda, pengaruh itu besar sekali. Hasil-hasil penyelidikan Danziger, Paul Lazarsfeld, Netschareffe, Else Liefmann, S. Holingworth, Baldwin yang dikutip oleh Ch. Buhler (1950: 105-112) dalam Sumadi Suryabrata, kiranya dapat merupakan ilustrasi yang sangat berharga.

b.        Beberapa penyakit yang kronis sangat menggangu belajar itu. Penyakit-penyakit seperti pilek, influenza, sakit gigi, batuk dan yang sejenis dengan itu biasanya diabaikan karena dipandang tidak cukup serius untuk mendapatkan perhatian dan pengobatan; akan tetapi dalam kenyataannya penyakit-penyakit semacam ini sangat menggangu aktivitas belajar itu.

 

2.         Keadaan Fungsi-Fungsi Jasmani Tertentu Terutama Fungsi-Fungsi Pancaindera. Pancaindera dapat dimisalkan sebagai pintu gerbang masuknya pengaruh ke dalam individu. Orang mengenal dunia sekitarnya dan belajar dengan mempergunakan pancainderanya. Baiknya berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem persekolahan dewasa ini di antara pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga. Karena itu adalah menjadi kewajiban bagi setiap pendidik untuk menjaga, agar pancaindera amak-didiknya dapat berfungsi dengan baik, baik penjagaan yang bersifat kuratif maupun yang bersifat preventif, seperti misalnya adanya pemeriksaaan dokter secara periodik, penyediaan alat-alat pelajaran serta perlengkapan yang memenuhi syarat, dan penempatan murid-murid secara baik di kelas (pada sekolah-sekolah), dan sebagainya.

 

B.       Aspek Psikologis

Psikologis artinya jiwa. Arden N. Frandsen dalam Sumadi Suryabrata mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar itu adalah sebagai berikut:

1.      Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.

2.      Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju.

3.      Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orangtua, guru, dan teman-teman.

4.      Adanya keinginan untuk memperbaiki kagagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetensi.

5.      Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran.

6.      Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar. (Frandsen, 1961: 216) dalam Sumadi Suryabrata.

Maslow (menurut Frandsen, 1961: 234) dalam Sumadi Suryabrata, mengemukakan motif-motif untuk belajar itu adalah:

1.      Adanya kebutuhan fisik.

2.      Adanya kebutuhan akan rasa aman, bebas dari kekhawatiran.

3.      Adanya kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan dalam hubungan dengan orang lain.

4.      Adanya kebutuhan untuk mendapatkan kehormatan dari masyarakat.

5.      Sesuai dengan sifat untuk mengemukakan atau mentengahkan diri (aktualisai diri)

Apa yang telah dikemukakan itu hanyalah sekadar penyebutan sejumlah kebutuhan-kebutuhan saja, yang tentu saja dapat diambah lagi; kebutuhan-kebutuhan tersebut tidaklah lepas satu sama lain, melainkan sebagai suatu keseluruhan (suatu kompleks) mendorong belajarnya anak. Kompleks kebutuhan-kebutuhan itu sifatnya individual, berbeda dari anak yang satu ke anka lainnya. Pendidik seberapa dapat haruslah berusaha mengenal kebutuhan yang mana yang terutama dominan pada anak didiknya.

Selanjutnya suatu pendorong yang biasanya besar pengaruhnya dalam belajarnya anak-anak didik kita ialah cita-cita. Cita-cita merupakan pusat dari bermacam-macam kebutuhan, artinya kebutuhan-kebutuhan biasanya disentralisasikan di sekitar cita-cita itu, sehingga dorongan tersebut mampu memobilisasikan energy psikis untuk belajar. Dalam pada itu anak-anak yang masih sangat muda biasanya belum benar-benar menyadari cita-citanya yang sebenarnya; karena itulah mereka perlu dibuatkan tujuan-tujuan sementara yang dekat –sebagai cita-cita sementara—supaya hal ini merupakan motif atau pendorong yang cukup kuat bagi belajarnya anak-anak itu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

YEL-YEL

Aspek-Aspek Kesulitan Belajar

Aspek Medis, Jasmani….

Aspek Psikologis, Jiwa….

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Suryabrata, Sumadi. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

1 komentar:

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "