Selasa, 14 Juni 2016

perkembangan bahasa kanak-kanak awal


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      LATAR BELAKANG

Umur 2 sampai 6 tahun adalah anak usia dini (early childhood) atau tahun-tahun pra sekolah atau masa menjalani Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), baik formal maupun nonformal. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan dan dan pengembangan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun. Kegiatan itu dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Seperti bayi dan balita, anak-anak prasekolah tumbuh dengan cepat, baik secara fisik, kognitif maupun psikososial. Terutama terlihat pada anak usia dini adalah kenyataan bahwa perkembangannya benar-benar terintegrasi baik secara biologis, psikologis, maupun perubahan sosial yang terjadi saat ini (serta sepanjang sisa masa hidup) yang saling terkait.

Usia prasekolah memberikan contoh luar biasa bagaimana anak-anak memainkan peran aktif dalam pengembangan kognitif mereka sendiri, khususnya dalam memahami,menjelaskan, mengorganisasikan, memanipulasi, membangun, dan memprediksi. Anak-anak prasekolah mengalami kesulitan mengendalikan perhatian mereka sendiri dan fungsi memori, bingung dalam menampilkan diri, dangkal dengan realitas, dan fokus pada satu aspek pengalaman pada suatu waktu. Anak-anak sekolah cenderung membuat kesalahan lintas budaya yang sama karena kemampuan kognitif yang belum matang.

B.       RUMUSAN MASALAH

a.       Bagaimana perkembangan bahasa kanak-kanak awal.

b.      Apa saja tahap perkembanagan bahasa.

c.       Apa faktor yang menentukan dalam teori bahasa.

d.      Apa bahaya dalam berbicara.

e.       Bagaimana pembendaharaan bahasa kanak-kanak.

C.      TUJUAN

a.       Untuk mengetahui perkembangan bahasa kanak-kanak awal.

b.      Untuk mengetahui tahap perkembanagan bahasa.

c.       Untuk mengetahui faktor yang menentukan dalam teori bahasa.

d.      Untuk mengetahi bahaya dalam berbicara.

e.       Untuk mengetahui pembendaharaan bahasa kanak-kanak.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.      PERKEMBANGAN BAHASA KANAK-KANAK AWAL

Bahasa merupakan suatu kelebihan untuk umat manusia. Dengan menggunakan bahasa orang mampu membedakan antara subjek dan objek. Anak mempunyai kesanggupan untuk menyatakan apa yang terkandung dalam pikirannya dengan suara. Potensi itu mempunyai kemungkinan besar untuk dikembangkan. Perkembangan bahasa anak usia prasekolah dapat diklasifikasikan ke dalam 2 tahap, yaitu: masa usia anak 2-2 tahun 6 bulan dan masa usia anak 2 tahun 6 bulan- 6 tahun.

Piaget disebut perkembangan kognitif yang terjadi antara usia 2 dan 7 sebagai tahap praoperasional. Dalam tahap ini, anak-anak meningkatkan penggunaan bahasa dan simbol-simbol lainnya, imitasi perilaku mereka dewasa, dan bermain mereka. Anak-anak muda mengembangkan daya tarik dengan bahasa kata-baik dan buruk. Anak-anak juga bermain game make-percaya: menggunakan kotak kosong sebagai mobil, bermain keluarga dengan saudara kandung, dan memelihara persahabatan imajiner.

Kemampuan bahasa juga terus meningkatkan pada anak usia dini. Bahasa adalah hasil dari kemampuan seorang anak untuk menggunakan simbol-simbol. Dengan demikian, sebagai otak mereka berkembang dan memperoleh kemampuan untuk berpikir representasional, anak-anak juga memperoleh dan memperbaiki kemampuan bahasa. Hal ini  menjadikan anak lebih mudah menangkap dan meniru ucapan atau ungkapan dari orang-orang yang dekat dengan ia.

Beberapa peneliti, seperti Roger Brown, telah mengukur perkembangan bahasa dengan jumlah rata-rata kata dalam kalimat anak. Semakin banyak kata anak menggunakan kalimat-kalimat, perkembangan anak lebih canggih bahasa. Brown menyarankan bahwa bahasa berkembang secara bertahap berurutan: ucapan-ucapan, frasa dengan infleksi, kalimat sederhana, dan kalimat kompleks. Sintaks dasar, menurut Brown, tidak sepenuhnya menyadari sampai sekitar usia 10 tahun.

Anak-anak prasekolah belajar kata-kata baru. Orang tua, saudara, teman, guru, dan media memberikan kesempatan bagi anak prasekolah untuk meningkatkan kosa kata mereka. Akibatnya, akuisisi bahasa terjadi dalam konteks sosial dan budaya. Agen Sosialisasi menyediakan lebih dari sekedar kata-kata dan makna mereka, namun. Agen ini mengajarkan anak bagaimana berpikir dan bertindak dengan cara yang diterima secara sosial. Anak-anak belajar tentang masyarakat ketika mereka belajar tentang bahasa. Nilai-nilai masyarakat, norma-norma, folkways (aturan informal perilaku yang dapat diterima), dan adat istiadat (aturan formal perilaku yang dapat diterima) yang ditularkan oleh bagaimana orang tua dan lain-lain menunjukkan penggunaan kata-kata.

Disini harus dibedakan adanya dua macam peniruan yaitu:

a.       Peniruan sepontan bahasa orang lain, biasanya bahasa orang tua.

b.      Peniruan yang dialakukan anak sesudah anak menerima tugas untuk melakukan itu. Jadi iasanya bila anak menirukan secara sepontan maka kalimat yang ditirukan itu diulang kembali dengan tata bahasa anak sendiri dan tentunya yang lebih mudah baginya.

 

B.     TAHAP PERKEMBANGAN BAHASA

Bahasa dibutuhkan untuk komuniksi dengan dunia luar.

Perkembangan bahasa anak usia prasekolah dapat diklasifikasikan ke dalam dua tahap, yaitu sebagai berikut :

1. Masa usia 2-2 th 6 bulan

a.       Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna.

b.      Anak sudah mampu memahami tentang perbandingan.

c.       Anak banyak menanyakan nama dan tempat, apa, dimana dan dari mana.

d.      Anak sudah banyak menggunakan kata-kata yag berawalan dan berahiran.

2. Masa usia 2 th 6 bulan-6 th

a.       Anak sudah dapat menggunaka kalimat majemuk beserta anak kalimatnya.

b.      Tingkat berpikir anak sudah lebih maju, anak banyak menanyakan soal waktu-sebab akibat melalui pertanyaan kapan, kemana, kenapa dan bagaimana.

 

C.    FAKTOR YANG MENENTUKAN DALAM TEORI BAHASA

Menurut Karl Buhler ada tiga faktor yang menentukan dalam teori bahasa, yakni:

a.       Kundgabe (Appell)

b.      Auslosung (Ausdruck)

c.       Darstellung

Menurut Karl Buhler seorang anak harus mengalami tiga fungsi bahasa di atas yang akhirnya sampai pada Darstellung dengan syarat apabila lingkungan memberikan masukan pada anak tersebut, karena perkembangan bahasa anak dipengaruhi imitasi.

 

D.    BAHAYA DALAM BERBICARA

Bicara merupakan sarana komunikasi dan karena komunikasi penting bagi kehidupan sosial maka anak-anak yang tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain akan mengalami hambatan sosial dan akhirnya dalam dirinya timbul perasaan tidak mampu dan rendah diri.

Ada empat bahaya umum sehubungan dengan masalah kemampuan anak-anak berkomunikasi, yaitu:

1.      Orang lain tidak mengharapkan anak-anak untuk mengerti apa yang dikatakan apabila orang lain memakai kata-kata yang tidak di mengerti oleh anak-anak, kalau orang lain menggunakan ucapan yang tidak dikenal anak-anak atau kalau orang lain berbicara terlalu cepat. Ketidakberhasilan anak-anak mendengarkan lebih banyak menyebabkan kegagalan untuk mengerti. Karena sebagian besar anak-anak bersikap egosentris dan lebih berminat kepada apa yang ingin dikatakan kepada orang lain daripada apa yang dikatakan orang lain kepada mereka, sering kali mereka tidak mendengarkan dengan penuh pengertian sehingga tidak dapat mengerti apa yang dikatakan. Akibatnya, pembicaraan mereka tidak berhubungan dengan apa yang dikatakan orang lain dan hal ini membahayakan hubungan sosial mereka.

2.      Kalau mutu pembicaraan anak-anak begitu buruk sehingga sulit dimengerti, kemampuan orang lain lebih terancam bahaya daripada kalau ia tidak mendengarkan apa yang dikatakan kepadanya. Dalam awal masa kanak-kanak, mutu pembicaraan yang buruk dapat di sebabkan salah ucap atau kesalahan tata bahasa, sering kali disebabkan peniruan contoh yang buruk sampai pada cacat-cacat bicara seperti gagap, pelat, menelan kata-kata, atau berbahasa dua.

3.      Berbahasa dua merupakan hambatan yang serius dalam perkembangan sosial anak-anak. Anak-anak yang berbicara dalam bahasa asing di rumah dan hanya mengerti beberapa kata dalam bahasa Indonesia tidak mungkin dapat berkomunikasi dengan teman-teman sebayanya dalam bermain, ia juga tidak dapat mengerti apa yang dikatakan teman-temannya.

4.      Banyak yang mengabaikan pembicaraan yang buruk karena menganggap bahwa anak-anak akan belajar berbicara  dengan lebih baik dengan bertambahnya usia. Tetapi, orang cenderung kurang dapat menerima kalau komentar-komentar terhadap orang lain bersifat kritis dan merendakan. Karena anak memperoleh kepuasan egois sementara dengan menyakiti orang lain maka ia cenderung terbiasa berbicara dalam acara yang tidak sosial. Pada saatnya hal ini akan merusak penyesuaian.

 

E.     PEMBENDAHARAAN BAHASA KANAK-KANAK

Seiring anak-anak meninggalkan tahapan dua kata, mereka bergerak lebih cepat ke dalam kombinasi tiga, empat, dan lima kata. Transisi dari kalimat sederhana untuk mengekspresikan proposi tunggal menjadi kalimat kompleks, dimulai antara umur 2-3 tahun dan berlanjut ke tahun-tahun sekolah dasar. Perkembangan serta penguasaan pada masa awal kanak-kanak ini atau yang sering disebut anak-anak prasekolah berjalan dengan cepat, dalam kosakata dan sistem aturan atau tata bahasa.

 

1.        Kosakata

Perluasan terhadap pembendaharaan kata dapat muncul melalui fast mapping yaitu proses dimana anak menyerap makna dari kata-kata baru setelah mendengarnya sekali atau dua kali dalam percakapan. Pakar linguistic tidak yakin bagaimana fast mapping bekerja. Tetapi tampaknya anak-anak menggambarkan apa yang mereka ketahui mengenai peraturan dalam membentuk kata, mengenai kata-kata yang serupa, mengenai konteks yang tiba-tiba, dan mengenai subjek yang didiskusikan.

2.        Tata Bahasa dan Sintaks

Cara anak mengkombinasikan huruf menjadi kata dan kata menjadi kalimat, berkembang menjadi semakin rumit sepanjang masa kanak-kanak awal (Owens, 1996). Pada usia 3 tahun anak biasanya muai menggunakan kata jamak, kata milik (possesive), dan kalimat lampau (past tense) serta mengenal perbedaan antara I (saya), you (kamu), dan we (kita). Walaupun demikian, kalimat yang mereka miliki secara umum pendek dan sederhana bahkan sering kali meninggalkan kata kecil. Ketika anak-anak memasuki tahun-tahun sekolah dasar, mereka menjadi terampil menggunakan aturan-aturan sintaksis untuk membangun kalimat-kalimat yang lebih panjang dan kompleks.

Berkaitan dengan semantik, ketika anak-anak melampaui tahap dua kata, pengetahuan mereka tentang makna juga bertambah dengan pesaat (Rice, 1991). Perbendaharaan pengucapan kata seorang anak barusia 6  tahun antara 8000 sampai 14000 kata (Carey, 1977).  Setelah 5 tahun mempelajari kata, pertambahan perbendaharaan kata anak berusia 6 tahun tidak menurun. Menurut beberapa perkiraan, rata-rata anak pada usia ini mempelajari 22 kata sehari (Miller, 1981). Anak-anak pada usia ini masih cenderung membuat kesalahan irregularization karena mereka belum memperlajari pengecualian terhadap aturan yang ada.

3.        Pragmatik dan Perkataan Sosial

Pada usia 3 tahun anak-anak mengembangkan kemampuan untuk berbicara tentang hal-hal yang secara fisik tidak ada: mereka mengembangkan penguasaan mereka atas aspek bahasa, yang dikenal sebagai pemindahan (displacement). Meskipun seorang anak 2 tahun mungkin tahu kata “meja”, ia mungkin tidak menggunakan kata ini untuk mendeskripsikan sebuah meja imajinatif di mana ia berpura-pura berdiri di depannya. Seorang anak berusia diatas 3 tahun lebih sering melakukannya.

Pada usia 4 tahun, anak-anak mengembangkan kepekaan besar terhadap kebutuhan orang lain dalam percakapan. Salah satu cara di mana mereka menujukkan kepekaan ini melalui penggunaan artikel the dan an atau a. Ketika orang dewasa menceritakan sebuah cerita atau mendeskripsikan sebuah kejadian, mereka umumnya menggunakan an atau  a ketika mereka pertama kali mengacu seekor binatang atau objek, dan menggunakan the ketika menyebutkannya kemudian (contohnya, “Two boys were walking through the jungle when a fierce lion appeared. The lion lunged at one boy while the other run for cover”. Dua orang anak laki-laki berjalan melewati sebuah hutan ketika seekor singa ganas muncul. Singa itu menyergap salah  satu anak sementara yang lain lari menyelamatkan diri). Anak-anak sekitar usia 4 sampai 5 tahun belajar mengubah pola percakapan mereka sesuai situasi. Contohnya, seorang anak berusia 4 tahun akan membedakan cara berbicaranya terhadap anak usia 2 tahun dibandingkan ketika berbicara dengan anak-anak yang sebaya dengannya;mereka menggunakan kalimat-kalimat yang lebih pendek ketika berbicara dengan anak usia 2 tahun. Mereka juga membedakan cara berbicara terhadap orang dewasa dibandingkan dengan teman-teman seusianya, menggunakan bahasa yang lebih sopan kepada orang dewasa (shaltz dan Gelman, 1973).

 

 

4.        Private Speech

Berbicara dengan keras kepada siri sendiri tanpa ada niat untuk berkomunikasi dengan orang lain adalah normal dalam masa kanak-kanak, terhitung sekitar 20 sampai 50% dari yang diucapkan si anak (Berk, 1986). Anak usia 3 sampai 4 tahun terlibat dalam “crib talk” (percakapan yang meniru), bermain dengan suara dan kata. Anak berusia 4 sampai 5 tahun menggunakan berbicara kepada diri sendiri sebagai cara untuk mengekspresikan fantasi dan emosi mereka (Berk, 1992; Small, 1990). Anak yang lebih tua mengucapkan apa yang dipikirkannya atau berkomat-kamit dengan suara yang sangat berat. Piaget melihat private speech sebagai sebuah tanda dari ketidakdewasaan kognitif karena anak-anak egosentris. Vygotsky tidak menganggap bahwa private speech terjadi karena anak-anak yang egosentris, melainkan sebagai bentuk khusus dari komunikasi: percakapan dengan diri sendiri yang merupakan sebuah transisi menuju prilaku pengendalian internal.

5.        Delayed Language Development

Sekitar tiga persen anak usia prasekoah menunjukkan keterambatan bahasa, walaupun kecerdasan mereka biasanya biasa-biasa saja atau lebih baik (M.L. Rice, 1989). Dibandingkan anak perempuan, anak laki-laki lebih cenderung menjadi late talker (Pomin et al., 1998). Anak mengalami perkembangan bahasa yang tertunda bisa jadi karena mereka memiliki keterbatasan kognitif yang membuatnya susah untuk belajar kaidah bahasa. Mempunyai masalah dalam fast mapping, mereka memiliki keterbatasan kognitif yang membuatnya susah untuk mempelajari kaidah bahasa. Beberapa anak yang telat berbicara memiliki riwayat otitis media (radang telinga bagian tengah) antara 12 dan 18 bulan usia.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.      KESIMPULAN

Perkembangan bahasa anak usia prasekolah dapat diklasifikasikan ke dalam 2 tahap, yaitu: masa usia anak 2-2 tahun 6 bulan dan masa usia anak 2 tahun 6 bulan- 6 tahun.

Menurut Karl Buhler ada tiga faktor yang menentukan dalam teori bahasa, yakni:

a.       Kundgabe (Appell).

b.      Auslosung (Ausdruck).

c.       Darstellung.

Bicara merupakan sarana komunikasi dan karena komunikasi penting bagi kehidupan sosial maka anak-anak yang tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain akan mengalami hambatan sosial dan akhirnya dalam dirinya timbul perasaan tidak mampu dan rendah diri.

Pembendaharaan bahasa kanak-kanak :

a.       Kosakata.

b.      Tata bahasa dan sintaks.

c.       Pragmatik dan perkataan sosial.

d.      Private speech.

e.       Delayed language development.

B.       SARAN

Diharapkan setelah para pembaca membaca makalah ini, pembaca dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang terdapat dalam makalah ini serta dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dapat melakukan hubungan antar manusia dengan baik.

 

 

2 komentar:

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "